Sukses

Migrain Ternyata Cara Otak Hadapi Stres

ternyata serangan migrain sebagai cara otak melindungi dan memperbaiki dirinya dari stres oksidatif.

Liputan6.com, Jakarta Serangan migrain biasanya ditandai dengan kepala yang sakit, rasa mual, dan peka terhadap cahaya serta suara. Dan ternyata serangan migrain sebagai cara otak melindungi dan memperbaiki dirinya dari stres oksidatif.

Temuan yang dapat membantu penderita migrain ini dipublikasikan di Headache seperti dilansir MedicalXpress.

Migran mempengaruhi sekitar 14 persen populasi dunia, atau 1,04 miliar orang. Penelitian sebelumnya telah menduga individu yang mengalami migrain memiliki tingkat stres oksidatif yang lebih tinggi.

Jonathan Borkum, PhD, dari University of Maine, mencatat pemicu migrain termasuk stres, gangguan tidur, kebisingan, polusi udara, dan diet. Dan kondisi tersebut dapat meningkatkan stres oksidatif otak, ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan tubuh untuk melawan efek berbahaya.

"Stres oksidatif adalah sinyal yang berguna untuk menghindari bahaya karena sejumlah kondisi yang tidak menguntungkan di otak meningkat," kata Dr. Borkum. Karena alasan tersebut, menargetkan stres oksidatif dapat membantu mencegah atau mendahului migrain.

Dalam artikelnya yang berjudul Views and Perspectives, Dr. Borkum melihat secara dekat komponen serangan migrain secara terpisah.

Dalam konteks ancaman ke otak berupa gangguan dalam suplai darah, masing-masing komponen bersifat protektif dengan memperkuat pertahanan antioksidan, menurunkan produksi oksidan, menurunkan kebutuhan energi dan, terutama, melepaskan faktor pertumbuhan ke dalam otak yang melindungi neuron yang ada dan mendukung kelahiran dan perkembangan neuron baru.

"Jadi, tampaknya serangan migrain tidak hanya dipicu stres oksidatif, mereka secara aktif melindungi dan memperbaiki otak dari itu," kata Dr Borkum.

Biasanya, gejala migrain seperti demam, pembengkakan, rasa sakit, atau batuk. Dan itu bukan penyakit itu sendiri melainkan bagian pertahanan tubuh untuk melawannya.

"Jadi, teori di sini mengatakan kepada kita bahwa untuk benar-benar mengatasi migrain, kita harus melihat di balik serangan ada kerentanan dasar otak, yaitu, apa yang menyebabkan stres oksidatif," kata Dr. Borkum.

Teori migrain ini menyarankan untuk menemukan obat pencegahan dan gaya hidup, yang berfokus pada pengurangan stres oksidatif dan meningkatkan pelepasan faktor pertumbuhan. Ini juga menyoroti rumah sakit saraf, atau bagaimana otak mempertahankan dan menyembuhkan dirinya sendiri.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Migrain adalah sakit kepala yang terasa seperti berdenyut dengan tingkat sedang hingga parah.

    Migrain