Sukses

Kisah Pasutri Muda Miliki 13 Anak, Semua Enggak Sekolah

Liputan6.com, Jakarta Istilah "banyak anak banyak rejeki" tidak melulu jadi semboyan orangtua zaman dulu. Nyatanya, masih ada ortu milenal yang menerapkannya, yaitu keluarga Cheriatna. Bersama istri tercinta, pria kelahiran tahun 1974 ini hidup bahagia bersama keluarga besarnya. Buah hati hasil pernikahan mereka bukan hanya lima atau enam, melainkan ada sepuluh. Bagaimana cara pasutri ini membesarkan anak-anak yang usianya berdekatan ini?

Cheriatna merupakan anak pedagang bunga yang berlapak di wilayah Rawa Belong, Jakarta Barat. Ia menikahi Farida Ningsih yang usianya setahun lebih muda, awal tahun 1999. Tak lama setelah menikah, Farida hamil dan sempat melahirkan di usia kandungan 7 bulan. Sayang, calon anak pertamanya meninggal dunia setelah menjalani persalinan prematur.

Sedih memang, namun pasutri ini tidak ingin galau berkepanjangan. Beberapa bulan kemudian, Farida kembali mengandung dan melahirkan anak kedua pada tahun 2000. Anak perempuan tersebut diberi nama Farhah Chefa Qonita. Dua tahun kemudian, Farida kembali hamil dan melahirkan anak ketiganya. Ia memberi nama Rabitha Chefa Karima. Selanjutnya, Farida mengaku kembali hamil, hingga akhirnya memiliki 13 anak. Namun, karena anak pertamanya meninggal dan dia juga pernah mengalami keguguran sebanyak dua kali. Kini, pasangan suami istri ini hidup dengan sepuluh orang anak.

Uniknya, semua anak tidak ada yang bersekolah reguler. Mereka dididik dalam keluarga untuk menjadi mandiri seperti sang ayah. Dalam membesarkan anak-anaknya, pasangan ini memilih untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya di sekolah reguler. Sebaliknya pasutri ini memilih memberikan pendidikan nonformal seperti kelompok belajar dan pendidikan anak usia dini (PAUD) bagi anak-anaknya yang masih balita.

"Kalau sekolah itu kan waktunya terlalu lama, sedangkan kalau kami lebih memilih kelompok belajar. Selain itu, kami juga mendidik anak dalam ruang lingkup keluarga," ucap Farida kepada Health-Liputan6.com saat ditemui di kantor Cheriatna di bilangan Jakarta Selatan, Selasa (17/10/2017).

Meski anak-anaknya tidak bersekolah, mereka tetap berprestasi. Salah satunya adalah Chefa yang pada awal Oktober lalu menjadi juara pertama kejuaraan judo tingkat internasional. Selain Chefa, anak ketiga mereka juga berprestasi di bidang musik dan menjadi pemain angklung kepresidenan.

"Ya artinya, walaupun dididik sendiri, enggak kalah dengan pendidikan formal," ucap Cheriatna.

Sang istri menekankan, mereka juga mengajarkan anak-anaknya mandiri sejak usia dini. Bagi mereka, pendidikan keluarga merupakan hal terpenting.

 

Saksikan video menarik berikut :

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Alasan punya banyak anak

Bagi Cheriatna dan Farida, memiliki banyak anak itu menyenangkan. Punya anak banyak bagi pasangan ini, menjadi sarana hiburan. Anak banyak membuat mereka senang dan hidup terasa ramai terus.

"Kalau banyak anak kan ramai, kita senang sih," ucap Cheriatna.

"Punya anak banyak itu buat saya bagian dari pendidikan sejak dini. Jadi kalau anak dari kecil sudah diberi adik, dia jadi punya ikatan yang lebih erat dan sayang dengan adiknya. Selain itu, adik kalau punya kakak juga jadi penurut. Intinya mengajarkan anak dari kecil itu penting," ucap Farida.

Mereka mengaku tidak takut mengalami kesulitan finansial dalam membesarkan anak-anaknya. Bagi mereka, setiap anak sudah diberi rezeki masing-masing oleh Tuhan.

"Setiap yang bernyawa punya rezeki masing-masing. Kalau untuk biaya makan atau pendidikan itu bukan masalah," papar Cheriatna.

Cheriatna kini memiliki usaha travel. Dulunya dia sempat berdagang untuk menghidupi anak-anaknya. Dia melakukan apa saja, asalkan halal. Mulai dari berdagang bunga, berdagang sayur, ikut multilevel marketing (MLM), hingga usaha odong-odong.

"Dulu saya sempat dagang bunga, melanjutkan usaha ayah. Namun waktu tahun 1998 krisis moneter, saya enggak dagang bunga lagi, karena krismon enggak ada yang beli bunga," kenangnya.

Setelah menikah, Cheriatna sempat berbisnis travel dengan menjadi marketing. Namun pada tahun 2010. kerja samanya diberhentikan. Hal itulah kemudian yang membuatnya membangun usaha travel.

"Tahun 2010 kerja samanya diputus, tapi karena masih banyak yang ingin pakai jasa saya, akhirnya saya dirikan travel," ucap pemilik Cheria Halal Wisata ini.

3 dari 5 halaman

Ajarkan mandiri

Meski anak-anaknya tidak mendapatkan pendidikan formal, Cheriatna dan istri mendidik anak-anaknya menjadi anak yang mandiri.

"Saya mengajarkan anak saya berbisnis sejak usia 12. Alasannya pada usia tersebut anak biasanya sudah siap mental dan akil baligh. Tapi sebelum usia 12, anak saya bebas belajar dan bermain," ujarnya. Selain itu, Cheriatna mengaku terinspirasi Nabi Muhammad yang berdagang dengan pamannya ke Syam, bagian barat Saudia Arabia, mulai usia 12.

Kini, tiga anak Cheriatna yang paling besar sudah ikut berbisnis dengannya di bahan usaha travel miliknya.

"Anak saya yang nomor dua jadi digital marketing kami,"ucap sang istri yang juga ikut membantu bisnis sang suami.

Selain berbisnis, anak-anak Cheriatna juga telaten mengurus adik-adiknya. Mereka saling melengkapi, satu sama lain.

"Anak saya yang paling kecil usia dua bulan, saya bawa ke kantor sampai usia tiga bulan. Setelah usia tiga bulan, biasanya di rumah, diurus oleh anak yang sudah besar dan dibantu sang nenek juga," ucap Farida.

4 dari 5 halaman

Sering salah panggil nama

Memiliki sepuluh anak dengan usia yang berdekatan tentunya memiliki tantangan tersendiri bagi pasangan ini. Seringkali mereka salah memanggil nama, saat menegur anaknya.

"Pernah saya menegur anak saya, saya nasihatin. Tapi karena saya salah sebut, dia diam saja. Enggak merasa dia yang diomelin. Saya jadi ngerasa lucu juga," ucap Farida.

Tak hanya itu, keduanya mengaku sering mengalami hal unik dengan keluarganya tersebut. Pernah, anaknya ketinggalan saat wisata dan mereka baru menyadari saat di mobil.

"Pernah ke Bandung, tiga tahun lalu. Salah satu anak saya ketinggalan karena kita lupa menghitung saat di mobil. Sadarnya waktu mau bagiin makanan kok nyisa satu, ternyata Radja ketinggalan," katanya sambil tertawa sumringah.

Untung, Cheriatna dan suami selalu mengajari anak-anak tetap tenang, jika terpisah dari rombongan keluarga. Mereka juga memberikan kontak ponsel, sehingga mudah melacak anak-anaknya. Sejak saat itu, mereka menggunakan langkah efektif untuk menghindari terulangnya kejadian serupa.

"Sejak saat itu kita kalau jalan-jalan semuanya pakai name tag dan baju yang sama, minimal sama warnanya. Kita juga selalu mengecek anak satu per satu, sebelum bergegas ke tempat selanjutnya," ucap Farida.

5 dari 5 halaman

Membagi waktu

Meski memiliki banyak anak, pasangan ini selalu berusaha untuk membagi waktu, perhatian dan kasih sayang secara optimal. Mereka terbiasa meluangkan waktu minimal satu jam dalam sehari untuk berkumpul serta seharian penuh di akhir pekan.

"Kita biasakan makan dan mengaji bareng. Minimal satu hari satu jam. Selain itu juga dalam satu minggu selalu ada satu hari untuk kumpul keluarga," ucap Cheriatna.

Sehari-hari, Cheriatna dan istri menghabiskan waktu mengurusi travel berkonsep wisata halal di tempat kerjanya yang terletak di kawasan Tendean, Jakarta Selatan. Cheriatna mengaku, bisnis travelnya menyediakan wisata dengan pelayanan yang nyaman bagi para muslim untuk dapat beribadah dan mendapatkan makanan lokal yang halal.

Setiap tahun, bisnis travel Cheriatna melayani lebih dari 1000 pelanggan. Selain sibuk berbisnis, Cheriatna mengaku sedang menulis buku berjudul Laris Manis Bisnis Wisata Halal.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini