Sukses

Begini Cedera Otak yang Bisa Terjadi pada Pemain Sepak Bola

Cedera otak yang sering dialami pemain sepak bola tidak boleh dianggap remeh dan harus dilakukan pemeriksaan kepala.

Liputan6.com, Jakarta Cedera otak tak hanya terjadi pada korban kecelakaan lalu lintas, melainkan juga dialami pemain sepak bola. Hal ini terjadi tatkala antar-pemain mengalami benturan saat memperebutkan atau mempertahankan bola.

Namun, benturan di bagian kepala yang sering dialami pemain sepak bola sering kali tidak dirasakan atau hanya sedikit menimbulkan keluhan. Kejadian ini tidaklah boleh diremehkan.

Dr Gigih Pramono, SpBS, spesialis bedah saraf dari Comprehensive Brain and Spine Center (CBSC) Indonesia menjelaskan soal cedera otak pada pemain sepak bola.

Cedera saat benturan yang terjadi pertama kali, otak akan mengalami beberapa gangguan, seperti gangguan pengaturan aliran darah otak. Kemudian bengkak otak, yang pada akhirnya akan memengaruhi ketahanan otak.

“Bila terjadi cedera kepala berikutnya (second impact), otak lebih rentan untuk terjadi kerusakan, berupa perdarahan otak juga luka jaringan otak,” tulis dr Gigih dalam artikel singkat soal cedera otak, yang diterima Health Liputan6.com, Selasa (17/10/2017).

 

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemeriksaan kepala

Setelah pemain sepak bola mengalami benturan, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan kepala. Dokter Gigih menyarankan, pemain melakukan pemeriksaan CT scan atau MRI (magnetic resonance imaging).

Hasil pemeriksaan untuk meminimalkan kejadian cedera kepala yang bisa berakibat fatal. Selain itu, pemeriksaan yang ada bisa menjadi pertimbangan yang baik, apakah pemain tetap diizinkan ikut kompetisi atau tidak.

Gejala cedera otak akibat benturan berupa gegar otak (concussion) ringan, yaitu gangguan fungsi otak sementara. Kondisi ini bisa disertai atau tanpa adanya gangguan kesadaran, pusing, mual, dan muntah.

Bahkan, gejala yang lebih berat juga bisa terjadi akibat peningkatan tekanan di dalam ruang kepala, seperti, penurunan kesadaran, gangguan napas, hingga henti napas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.