Sukses

Penyebaran Malaria Super, Ancaman bagi Masyarakat Asia Tenggara

Penyebaran malaria super di Asia Tenggara, yang kebal terhadap obat malaria menjadi ancaman global yang serius.

Liputan6.com, Jakarta Salah satu ancaman global yang sedang mengkhawatirkan sekarang adalah penyebaran malaria super di Asia Tenggara. Malaria super ini tidak bisa dibunuh dengan obat antimalaria.

Malaria super itu pertama kali muncul di Kamboja pada 2008. Sejak saat itu malaria super menyebar luas melalui Thailand, Laos, dan Vietnam bagian selatan, dikutip dari BBC, Selasa (26/9/2017).

Tim Mahidol-Oxford Tropical Medicine Research Unit di Bangkok mengatakan, ada bahaya nyata malaria yang tidak dapat diobati.

"Kami pikir ini adalah ancaman serius. Ini mengkhawatirkan, malaria super ini menyebar sangat cepat ke seluruh wilayah. Kami khawatir hal itu dapat menyebar lebih jauh ke negara-negara di Asia Tenggara bahkan bisa sampai menyebar ke Afrika," kata Prof Arjen Dondorp, kepala Mahidol-Oxford Tropical Medicine Research Unit.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Resisten terhadap obat

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di The Lancet Infectious Diseases, para peneliti merinci perkembangan malaria super yang mengerikan baru-baru ini. Malaria super ini menjadi resistensi terhadap obat.

Sekitar 212 juta orang terinfeksi malaria setiap tahunnya di dunia. Hal ini disebabkan parasit yang disebarkan nyamuk pengisap darah. Malaria juga menjadi pembunuh utama anak-anak.

Pengobatan pilihan pertama untuk malaria adalah artemisinin dan piperaquin. Namun, artemisinin ternyata kurang efektif mengobati malaria. Kini, parasit itu telah berevolusi. Obat piperaquine juga tidak efektif melawan malaria.

Prof Dondorp mengatakan, pengobatan tersebut gagal mengobati sekitar sepertiga pasien malaria di Vietnam dan di beberapa daerah di Kamboja. Tingkat kegagalannya mendekati 60 persen.

Ketahanan parasit terhadap obat-obatan akan menjadi bencana besar di Afrika. Hal ini karena 92 persen kasus malaria banyak terjadi di Afrika.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.