Sukses

Wanita Muda yang Mewawancarai 100 Pemerkosa: Mereka Bukan Monster

Perbincangannya dengan ratusan pemerkosa, malah membuka mata wanita yang tumbuh besar di New Delhi, India ini.

Liputan6.com, Jakarta Sebelum mewawancarai para pemerkosa, Madhumita Pandey (26), menganggap mereka adalah monster. Namun, anggapan bahwa pemerkosa di India adalah monster berubah setelah dia mewawancarai 100 pria yang ditahan di penjara karena memperkosa.

Di India, pemerkosaan dan kekerasan pada wanita di India marak terjadi. Tak heran bila di 2012, India dinobatkan sebagai negara terburuk bagi wanita di antara negara-negara G-20. Hal ini membuat Pandey bertanya-tanya. "Semua orang berpikir yang sama. 'Kenapa mereka memperkosa? Bagaimana bisa banyak laki-laki di India memperkosa?'," kata Pandey.

Dari pertanyaan itu, di 2013, dia pun berkunjung dari satu tahanan ke tahanan lain untuk mewawancarai pemerkosa. Dia ingin tahu fakta di balik tingginya angka pemerkosaan di India. Keingitahuan ini dijadikan sebagai tesis doktoral di jurusan kriminologi Anglia Ruskin University, Inggris.

Banyak di antara para pemerkosa, mengaku mereka tidak sadar dan tidak merasa bersalah sedang melakukan pemerkosaan. Hanya segelintir yang mengaku bersalah.

"Hanya tiga atau empat yang merasa bersalah. Yang lain merasa tindakan yang mereka lakukan adalah benar, netral, atau malah menyalahkan korban sampai dia melakukan pemerkosaan," jelas Pandey.

Saksikan juga video menarik berikut:

 

"Pemerkosa bukan monster"

Perbincangannya dengan ratusan pemerkosa, malah membuka mata wanita yang tumbuh besar di New Delhi, India ini.

"Ketika aku melakukan riset, aku mengira para pria ini adalah monster. Namun ketika sudah berbicara denga mereka, mereka adalah pria biasa. Mereka melakukan perkosaan akibat proses pengasuhan dan cara pikir yang salah," kata Pandey mengutip Washington Post, Selasa (12/9/2017).

Di keluarga India --bahkan di keluarga berpendidikan--kata Pandey, wanita sering terikat pada peran tradisional sehingga patuh. Istri pun sampai tak berani mengucapkan nama suaminya. Sementara pria di India, memiliki gagasan yang salah tentang maskulinitas.

Selain itu, masyarakat India juga masih konservatif. Pendidikan seks tidak masuk dalam pelajaran di sekolah. Pihak legislatif merasa pembahasan seperti itu merusak anak-anak muda.

"Orangtua tidak akan mengatakan penis, vagina, perkosaan, atau seks. Lalu, bagaimana bisa mereka mengedukasi para pria muda?," kata Pandey.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini