Sukses

Komponen Implan Penopang Tulang dan Gigi Pertama Buatan Lokal

Scaffold terbuat dari bahan tulang donor atau tulang hewan yang diproses atau berbahan biomaterial.

Liputan6.com, Jakarta Kalau tidak ada aral melintang, PT Phapros Tbk akan memproduksi alat kesehatan Scaffold Hydroxyapatite yang ditargetkan bisa terealisasi pada semester II/2018 mendatang. Lalu, seperti apa sebenarnya produk buatan anak negeri ini?

Produk Scaffold ini merupakan hasil pengembangan Phapros, berdasarkan riset yang dilakukan Universitas Airlangga dan Badan Pengkajian dan penerapan Teknologi (BPPT). Produk tersebut bisa dimanfaatkan sebagai komponen implan penopang tulang dan gigi.

Scaffold terbuat dari bahan tulang donor atau tulang hewan yang diproses atau berbahan biomaterial. Untuk mengaplikasikannya, Scaffold digabungkan dengan stem cell kemudian ditanam pada bagian yang terluka atau bagian tulang yang hilang.

“Ada uji teknisnya yang dilakukan komisi etik Fakultas Kedokteran UNAIR. Sudah 5 tahun dikembangkan di sana,” kata Direktur Utama PT Phapros Barokah Sri Utami ditemui saat peletakan batu pertama di pabrik PT MRB pada Selasa, (22/8/2017).

“Selama ini alkes sejenis diimpor dari Jerman dan Korea. Jadi, Scaffold ini akan menjadi produk lokal pertama,” sambungnya.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, mayoritas alkes yang beredar di Indonesia masih didominasi oleh produk impor. Saat ini, produk alkes yang beredar mencakup 90%.

Di sisi lain, pemerintah sedang berusaha menekan ketergantungan alkes impor dengan mendorong pengembangan industri alkes domestik melalui Instruksi Presiden No. 6/2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

“Produk scaffold yang kita buat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN)-nya lebih dari 95%. Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk mengurangi impor alkes pada tahun 2020 dari 90% menjadi 45%,” ujar wanita yang akrab disapa Emmy.

Emmy menjanjikan produk buatan Phapros ini akan lebih murah dibanding produk serupa yang diimpor dari luar negeri.

“Misalnya perbandingan produk luar Rp3 juta maka produk Phapros Rp1 juta,” ucapnya.

Terkecuali mesin produksi, komponen scaffold nantinya berasal dari dalam negeri. Emmy meyakini produk Pharos ini bisa meningkatkan kemandirian farmasi dan alat kesehatan.

“Produknya tidak kalah kualitasnya dengan yang dari Jerman dan Korea,” katanya.

Ditambahkan Emmy, pihaknya fokus untuk mengembangkan scaffold pada satu varian. Setelah itu tidak menutup untuk mengembangkan varian lainnya.

“Untuk tahun ketiga target omzetnya Ro10 Miliar. Sebagai produk baru, kami tidak menargetkan omzet yang besar,” jelasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berasal dari tulang sapi


Bahan baku Scaffold Hydroyapatite yang diproduksi PT Phapros berasal dari tulang sapi. Kandungan kalsium (CaO) di dalam tulang sapi dapat dimanfaatkan untuk mensitesis hidroksipatit.

“Asalnya dari tulang sapi yang sudah dikeringkan dan dipanaskan dalam suhu 1000 derajat celcius,” terang Manajer Pengembangan Bisnis PT Phapros, Indriastuti Utomo.

Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan sejumlah rumah potong hewan (RPH) di Bandung dan sekitarnya untuk mendapatkan bahan baku.

Hidroksiapatit adalah bahan biokeramik yang terbentuk dari ikatan kimia yang kuat dan termasuk ke dalam komponen penyusun tulang organisme yang hidup. Sedangkan biokeramik yang sifatnya tidak beracun paling banyak digunakan untuk mengganti fungsi jaringan atau organ pada tubuh manusia.

“Untuk nanti dari produksi ini akan dikembangkan lagi dengan gelatin atau produk pengeras. Biasanya untuk mengganjal tulang-tulang yang biasa digunakan untuk menahan tubuh seperti tulang lutut dan pinggul. Kemudian akan ada yang ditambahkan dengan antibiotik. Itu harapannya penyembuhan luka cepat,” jelas dia.

Indriastuti menjelaskan, permintaan terhadap scaffold terbilang tinggi seiring meningkatnya angka kecelakaan di Indonesia. Menurutnya, angka kecelakaan di Indonesia meningkat tajam sejak tahun 2015.

“Semakin banyak pasien yang disebabkan kecelakaan lalu lintas dan itu paling banyak setelah stroke. Sehingga produksi scaffold di dalam negeri ini sangat dibutuhkan,” katanya.

Saat ini alat kesehatan jenis ini harganya berkisar Rp 2,5 juta dengan berat 5-10 gram. Produk tersebut masih berstatus impor.

“Itu yang sudah masuk ke e-catalog. Sedangkan kita akan menjual Rp1,5 juta dengan berat yang sama,” ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini