Sukses

Herawati Sudoyo Kuak Pelaku Bom Kedubes Australia dalam 13 Hari

Untuk menguak identitas potongan tubuh tersebut, Herawati Sudoyo menggunakan teknik penanda deoxyribose nucleic acid (DNA).

Liputan6.com, Jakarta Kamis, 9 September 2004, sekitar pukul 10.15 WIB, bom berkekuatan besar mengguncang kawasan Jl. H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Tepatnya, ledakan tersebut terjadi di depan pintu masuk Gedung Kedutaan Besar Australia.

Tim Penyidik Mabes Polri meneliti 117 potongan tubuh yang berserakan di depan Kedubes Australia di Jakarta. Dan 13 hari setelah ledakan yang juga dikenal sebagai Bom Kuningan itu, terkuaklah identitas si pelaku bom bunuh diri.

Dalam kurun kurang lebih dua minggu, dr Herawati Sudoyo, M.Sc,PhD, berhasil menguak siapa pelaku di balik pengeboman Kedubes Australia tersebut.

"Setelah ledakan bom itu, potongan tubuh manusia kan berceceran. Tapi awalnya kita masih belum tahu, apakah potongan tubuh itu pelaku atau korban. Karena banyak temuan potongan tubuh yang sudah tidak utuh," kata Herawati, yang juga penemu tes DNA dari Eijkman Institute dalam acara Festival Prestasi Indonesia di Jakarta Convention Center pada Senin (21/8/2017).

Potongan tubuh yang sudah hancur, misal rambut gosong. Potongan tubuh lain dalam kondisi terbakar dan sulit dikenali. Untuk menguak identitas potongan tubuh tersebut, Herawati menggunakan teknik penanda deoxyribose nucleic acid (DNA).

"Penanda DNA ini berasal dari DNA turunan ibu. DNA ini ada di bagian mitokondria--organel dalam sel eukariotik yang mengubah energi kimia dari makanan dalam bentuk yang dapat digunakan oleh sel. Teknik ini lebih mudah menganalisis DNA," ujar Herawati.

Didukung penguasaan teknologi yang canggih, identifikasi forensik DNA dalam mitokondria bisa membantu polisi menguak pelaku seluruh kasus terorisme yang terjadi. 

 

Saksikan juga video berikut ini: 

 

Tantangan identifikasi DNA

Dalam menganalisis DNA, ada banyak tantangan, terutama banyak sekali orang di lapangan yang membantu mengambil sampel jaringan tubuh. Mereka mengambil sampel jaringan tubuh lalu dimasukkan ke kantong kresek.

Tapi cara ini salah dan dapat merusak sampel jaringan. Walaupun ada tantangan, identifikasi DNA mendapatkan hasil yang cepat.

"Bahkan tim identifikasi DNA bisa tetap standby 24 jam penuh," ujar Herawati.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.