Sukses

Tidur Siang Terlalu Lama Bisa Jadi Tanda Depresi

Para ahli setuju, depresi berkaitan erat dengan gangguan tidur.

Liputan6.com, Jakarta Para ahli setuju, depresi berkaitan erat dengan gangguan tidur.

"Gangguan tidur adalah gejala utama depresi," ujar Myrna M. Weissman, profesor epidemiologi dan psikiatri di Columbia University pada laman Today.

Weissman menekankan, gangguan tersebut bisa muncul dalam berbagai bentuk, termasuk insomnia, kecenderungan untuk sulit tidur di malam hari dan bangun dengan perasaan buruk di pagi hari.

Berbagai studi yang dilakukan Harvard Medical School menunjukkan, sekitar 65 hingga 90 persen pasien dewasa dengan depresi berat mengalami beberapa gangguan tidur. Studi pada 2012 yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep menemukan, gangguan tidur seperti mengorok dan napas terhenti kerap dikaitkan dengan depresi berat.

Melansir laman Today, Senin (14/8/2017), terkadang, individu menggunakan tidur untuk lari dari perasaan lelah, stres, cemas, dan merasa terpuruk. Terkadang individu yang depresi pun menggunakan tidur siang untuk menghindari perasaan-perasaan tersebut. Hal itu diungkap oleh Dr Helen M. Farrell, psikiater di Harvard Medical School dan Beth Israel Deaconess Medical Center.

"Secara pribadi maupun profesional, saya tak menyukai sebutan `depression naps` (tidur siang depresi) dan akan mencegah pasien menggunakan kata tersebut dan lebih menyarankan `tidur siang` saja," ucapnya.

Tidur siang bermanfaat untuk mengembalikan energi dan meningkatkan daya kognitif, namun tidur siang terkait depresi justru sebaliknya. `Depression naps` bukanlah cara yang baik untuk mengatasi perasaan Anda. Bahkan itu pada akhirnya cenderung menjadi sistem pertahanan diri Anda dari emosi negatif, jelas Farrell.

Dr Farrell mengingatkan pentingnya bagi individu untuk menerima perasaan. "Sangat penting bagi orang untuk bisa mentolerir perasaan-perasaan mereka dan mempraktikkan kemampuan menghadapi emosi tersebut serta memerangi depresi, ketimbang larut di dalamnya," jelas Farrell.

Profesor psikiatri klinis, Emanuel Maidenberg, dari University of California, Los Angeles pun setuju bahwa tidur siang semacam itu menjadi mekanisme pertahanan seseorang, menghindari perasaan tak berdaya mereka.

Bagaimana membedakan antara tidur siang yang menyehatkan dengan tidur siang terkait depresi?

"Kunci tidur siang yang baik adalah tidak terlalu lama, tidak sering, dan meningkatkan energi setelahnya. Itu sebabnya sering disebut `power nap`," ujar Farrell.

Ketika tidur siang menjadi lebih lama dan mulai membuat lesu ketimbang berenergi, aktu ketika seseorang jadi tidak mampu mengerjakan segala sesuatunya, kemungkinan itu adalah tidur siang terkait gejala depresi.

Selain itu, bila tidur siang Anda diikuti dengan tanda-tanda depresi seperti kurang berenergi, sulit konsentrasi, mood rendah, maka Farrell menyarankan untuk segera mencari bantuan profesional. 

Saksikan juga video berikut ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.