Sukses

Solusi Atasi Nyeri Kronis Langka yang Tak Diketahui Penyebabnya

Nyeri kronis langka yang belum diketahui penyebabnya dapat diobati.

Liputan6.com, Jakarta Orang-orang yang menderita nyeri kronis langka dapat menarik napas lega karena ada pengembangan  pengobatan baru bagi yang mengalami kondisi tersebut. Temuan ini dilakukan peneliti di Bath dan Oxford (Inggris). Sekitar 16 ribu orang di Inggris dipengaruhi oleh kondisi nyeri langka, yang belum ditemukan penyebabnya.

Kondisi ini disebut Complex Regional Pain Syndrome (CRPS). Pasien yang menderita kondisi nyeri langka mengakui, rasa nyeri dan lemah pada lengan atau tungkai kaki, pembengkakan, perubahan suhu tubuh, dan kesulitan bergerak.

Beberapa gejala meliputi rasa terbakar, menusuk, menyengat atau berdenyut di tungkai kaki yang terkena. Pasien juga merasakan nyeri yang sangat menyakitkan.

Nyeri kronis langka biasanya diikuti dengan kerusakan anggota tubuh akibat cedera atau pembedahan. Namun, rasa nyeri yang dialami bisa berlangsung lebih lama. Sementara itu, kebanyakan orang bisa pulih dengan baik dalam waktu satu tahun.

Di antara orang yang terkena, umumnya merasakan semua atau beberapa gejala selama beberapa minggu, bulan bahkan bertahun-tahun. Peneliti Dr Janet Bultitude dari Centre for Pain Research, University of Bath, menjelaskan, orang yang terkena kondisi nyeri kronis langka biasanya selalu merasa tidak enak. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sulit ketahui anggota tubuh yang nyeri

Sulit ketahui anggota tubuh yang nyeri

Pasien  yang mengalami nyeri kronis langka sering melaporkan, tidak yakin, bagian anggota tubuh mana yang nyeri.

"Hasil penelitian kami menunjukkan, orang yang terkena kondisi nyeri langka lebih lambat memproses informasi visual soal anggota tubuh mana yang nyeri," ungkap Dr Bultitude, dikutip dari Zee News, Rabu (12/7/2017).

Perawatan terkini kondisi nyeri kronis langka meliputi, pengobatan nyeri dan terapi rehabilitasi untuk menormalkan sensasi pada anggota tubuh serta memperbaiki fungsi dan gerak tubuh. Bentuk terapi rehabilitas ini meliputi terapi fisik (fisioterapi) serta terapi okupasi. Kedua terapi ini memulihkan gerak tubuh.

Selain itu, penelitian lebih lanjut masih dilakukan soal terapi yang digunakan untuk mengobati nyeri kronis langka pada orang dengan cedera otak seperti stroke. Temuan ini telah dipublikasikan di jurnal Brain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.