Sukses

Ketika Seorang Dokter Kurang atau Memaksa Tidak Tidur

Liputan6.com, Jakarta Seorang dokter mesti mampu membuat batasan diri selama praktik. Buang jauh-jauh pemikiran seperti pedagang, semakin lama waktu berjualan, dagangan akan laku keras.

Prinsip di atas masih dipertahankan hingga kini oleh dr Andri SpKJ FAPM dari Klinik Psikosomatik Rumah Sakit Omni, Alam Sutera, Tangerang. Bagi dia, menerima 10 pasien untuk praktik sore hari sudah pas.

"Karena kalau dipaksakan, bisa mengganggu konsentrasi yang turut memengaruhi seorang dokter dalam menganalisis," kata Andri kepada Health Liputan6.com, Kamis, 28 Juni 2017.

Namun, Andri sadar betul bahwa kondisi semacam itu tidak bisa dipukul rata. Apalagi untuk dokter dan tenaga medis yang bekerja di rumah sakit atau institusi tertentu. Belum lagi kalau rumah sakit itu memiliki akreditasi skala nasional maupun internasional.

"Kalau di tempat praktik pribadi, si dokter pasti sudah ada batasan kemampuan diri sendiri. Nah, untuk dokter-dokter di rumah sakit, biasanya suka ada tanda-tanda peringatan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Karena bagaimana juga, yang seperti ini bukan cuma untuk kita saja, tapi untuk pasien juga," kata Andri.

Sebab, bila seorang dokter masih memaksakan diri untuk bekerja sedangkan di saat yang bersamaan sedang lelah, maka akan banyak pihak yang merasa rugi. "Analisis jadi berkurang, kesigapan juga jadi berkurang, kemudian juga cara kita merespons keadaan tertentu juga berkurang," Andri menambahkan.

Oleh karena itu, Andri mengimbau, agar rekan sejawatnya tidak pernah memaksakan diri melanjutkan kerja, padahal kondisi yang sebenarnya dia harus istirahat. Andri menekankan, berhenti sejenak bila lelah.

Kemudian, tidur saja sebentar jika memang mengantuk. Kantuk harus dibayar dengan tidur, bukan dengan memakan obat, menggunakan stimulan, atau menggunakan kopi.

"Sebenarnya, tidak hanya dokter, profesi seperti sopir, masinis, dan pilot pun harus cukup tidur, karena jika tidak akan berbahaya. Kalau responsnya jadi melambat atau kemudian salah analisis, yang rugi siapa?" kata Andri.

Dampak lain dari kebiasaan buruk ini yang paling Andri takutkan adalah halusinasi. Orang tersebut bisa bertindak sesuatu di luar dari kewajaran, akibat kurang tidur atau memaksakan diri untuk tidak tidur.

"Makanya, saya tidak masalah jika ada pasien yang marah, lantaran saya tidak lagi menerima pasien berikutnya (setelah pasien ke-10 praktik pun tutup). Enggak apa-apa, itu buat pelajaran ke depan agar datangnya lebih awal. Toh, saya praktik cuma di situ doang," kata dokter Andri menekankan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini