Sukses

Kisah Wanita Muslim yang Harus Berhenti Puasa karena Anoreksia

Liputan6.com, Jakarta Menjalani puasa di bulan Ramadan menjadi dorongan tersendiri bagi umat muslim. Tentunya selain meningkatkan keimanan juga kesehatan.

Namun seorang penderita anoreksia, Habiba Khanom (24) terpaksa harus menghentikan puasa. Paramedis khawatir, gangguan makan tersebut bisa mempengaruhi fisik dan mentalnya.

Seperti dilansir BBC, Senin (29/5/2017), Habiba sebenarnya sangat antusias menyambut Ramadan. Namun dia dihadapkan dengan keputusan yang sulit.

"Sebenarnya ini bukan keputusan saya sendiri, tapi medis profesional," ujarnya.

Habiba mengatakan, dia sangat senang bisa puasa karena dia akan semakin menurunkan berat badannya. Inilah yang dikhawatirkan tim medis yang terdiri dari ahli gizi dan psikolog.

"Selama beberapa bulan terakhir, saya telah melakukan pemulihan dengan baik. Saya juga mencoba melawan pikiran untuk makan, tapi itu sangat sulit," katanya.

Alhasil, Habiba hanya bisa iri pada orang lain yang bisa ikut menjalani ibadah puasa selama Ramadan tahun ini.

"Ini penyakit, bukan pilihan," tukasnya.

Dengan media sosial, Habiba meminta pendapat orang lain untuk menjawab hukum puasa bagi orang dengan kondisi sama. Namun bahkan sebagian besar netizen mengatakan untuk tidak memaksakan diri. "Jangan berniat puasa jika dia hanya ingin memuaskan gangguan makannya," tulis seorang netizen.

Badan amal Inggris, The charity Beat, melaporkan, orang-orang dengan kondisi tertentu dibolehkan tidak berpuasa. Dalam hal anoreksia, ada komplikasi yang berbahaya, baik dari segi fisik langsung dan psikologis.

"Pemulihan dilakukan dengan penetapan pola makan teratur. Kami akan menganjurkan siapa pun dengan gangguan makan yang berencana puasa untuk berkonsultasi dengan dokter dahulu," tulis laman badan amal tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini