Sukses

Baby and Daddy: Gendong Bayi Baru Lahir Itu Ngeri-ngeri Sedap

Liputan6.com, Jakarta Untuk Baby and Daddy edisi Minggu (28/52017), Oscar bercerita tentang pengalamannya menjadi ayah dari baby Kanya dan perasaannya saat menggendong buah hatinya itu untuk pertama kalinya.

Minggu, 22 Januari 2017, waktu menunjukkan sekitar pukul 04.15 WIB. Saya, Oscar Ferri, terjaga dari tidur karena istri, Kartika Sabturina, mendadak bangun. Dia langsung menuju ke kamar mandi kala itu.

Saya pikir biasa, dia mau ambil wudhu untuk Salat Subuh. Namun 15 menit ditunggu dia tak segera keluar. Saya sedikit bertanya-tanya. "Tumben wudhu saja lama, mungkin sekalian buang air."

Kekhawatiran saya itu wajar adanya. Maklum istri tengah hamil tua. Tepatnya 38 minggu. Dan benar kekhawatiran saya. Istri tiba-tiba keluar dengan muka panik disertai air yang mengalir di antara kedua kakinya. "Air ketuban ini, Car, air ketuban".

Saya panik. Dia panik. Segera kami beberes dan mengambil tas yang isinya persiapan lahiran. Dari kontrakan kami di Halim, Jakarta Timur, kami langsung bergegas menuju rumah sakit di pusat Jakarta.

Ya, subuh itu kami langsung pergi ke Rumah Sakit Saint Caroulus. Mobil dikebut memecah heningnya Jakarta pagi itu.

Singkat cerita, istri saya sudah berada di ruang persalinan. Meski pembukaan terus menerus, namun rasa mulas itu kadang hilang kadang datang. Sembari terus dipantau, istri saya diminta untuk melakukan aktivitas di bola besar agar memancing rasa mulas.

Hampir 11 jam istri saya belum juga melahirkan. Catatan dari suster jika sampai 12 jam sejak air ketuban pecah tidak juga lahir, maka persalinan harus dialihkan ke tindakan operasi caesar. Tindakan itu harus diambil karena dikhawatirkan kehabisan air ketuban untuk memperlancar persalinan normal.

Saat itu, istri saya sudah dengan jerih payah dan sisa tenaganya terus berjuang. Beberapa kali sejumlah bagian tubuh saya yang berdiri tepat di sampingnya jadi sasaran cengkramannya. Untung rambut saya tidak rontok.

Akhirnya, tepat lima menit sebelum 12 jam dimaksud suster tadi, putri kami lahir. Tangisan memecah suasana saat itu. Tangisannya melegakan kami. Tak terkecuali para suster yang membantu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ngeri-ngeri Sedap

Ya, putri kami itu bernama Kanya Alesha Cetta. Lahir Minggu, 22 Januari 2017 pukul 16.55 WIB.

Perpaduan nama dari Bahasa Sansekerta dan Bahasa Arab itu memang sengaja kami pilih. Seperti pada umumnya, nama adalah doa, maka nama Kanya Alesha Cetta adalah doa kami untuknya. Kanya Alesha Cetta berarti anak perempuan yang selalu dilindungi Allah dan berpengetahuan luas.

Di masa awal kehidupannya ini, Kanya beberapa kali menunjukkan gejala sakit bayi yang umum terjadi, yakni kuning tinggi. Saat itu musim hujan yang membuat matahari pagi terhalang awan mendung. Alhasil, tak mau ambil resiko kami memutuskan Kanya menjalani terapi blue light untuk beberapa hari.

Selama beberapa hari itu dokter terus melakukan observasi. Di sela observasinya, dokter menyarankan--dengan agak sedikit memaksa--untuk saya sebagai ayah menggendong Kanya. Whattt? Ya, saya memang masih takut untuk menggendong bayi yang baru berumur beberapa hari. Apalagi ini pengalaman pertama saya sebagai ayah.

Dengan hati-hati dan gugup, saya menggendong sang buah hati yang terus terpejam saat itu. Sedikit menimang-menimang saya mencoba menenangkan diri. Tak lama, hanya beberapa menit. Tapi menggendong anak pertama itu memang rasanya ngeri-ngeri sedap. Di satu sisi ada rasa luar biasa yang tak bisa saya tutupi: akhirnya saya jadi ayah.

3 dari 3 halaman

Si Cantik yang Bikin Keluarga Kami Makin Lengkap

Empat bulan berlalu dari momen luar biasa itu. Kini Kanya mulai tumbuh. Alhamdulillah.

Pertumbuhannya juga cepat. Itu tak lepas dari ASI sang ibunya yang tak pernah lelah dalam merawat si kecil.

Selama empat bulan ini, kami juga rutin membawa Kanya ke rumah sakit untuk imunisasi. Pemberian imunisasi ini tentu sangat diperlukan untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh.

Kanya tipe bayi yang rewel. Dalam artian dia akan rewel jika tak digendong sembari berjalan-jalan di luar rumah. Ketika langkah kakiku atau ibunya berhenti sejenak saja, dia nangis histeris. Seperti hendak ngomong, "plisss, jangan berhenti dongss".

Mau tak mau saya atau istri menurutinya. Rasa lelah tentu ada. Namun itu bukan halangan bagi kami dalam merawat Kanya. Meski rewelnya yang bisa membuat seisi rumah kupingnya penging, tapi justru itu yang membuat kami bahagia. Apalagi kini saya tinggal di rumah orangtua, maka tak ayal sikap Kanya itu bikin gemes kedua orangtua saya.

Kegemasan terhadap Kanya juga makin-makin, karena pipi Kanya yang sampai tumpeh-tumpeh jadi sasaran cubit gemes atau cium-cium dari saya, istri maupun kedua orangtua.

Kadang saya atau mereka juga berusaha berkomunikasi dengan Kanya. Entah dengan bernyanyi, memainkan mainan bayi, maupun "ngobrol" sekadarnya. Sebab, Kanya juga akan menangis kejer kalau tetiba dikacangin.

Hahaha, Kanya, si Gemes, si Embul, si Cantik, benar-benar sudah melengkapi kami, melengkapi keluarga kecil kami.

Cepatlah besar matahariku. Menangis yang keras janganlah ragu. Tinjulah congkaknya, buah hatiku. Doa kami di nadimu. 

 

Sahabat Liputan6.com ingin berbagi kisah Anda dan buah hati tercinta? Segera kirimkan kisah beserta enam (6) foto putra/putri dan Anda dalam format JPEG hires, serta mencantumkan data diri ke email: health.liputan6@gmail.com.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini