Sukses

Kurang Tidur Bikin Bobot Melonjak, Kok Bisa?

Liputan6.com, Jakarta Efek kurang tidur dikaitkan dengan penurunan fokus, gangguan memori, dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (penyakit jantung). Kurang tidur juga bisa membuat berat badan bertambah dan risiko obesitas. Keinginan untuk makan junk food juga makin meningkat.

Hal ini karena orang yang kekurangan tidur secara kronis merasa lebih lapar dan cenderung makan lebih banyak.

Menurut Ingrid Kan, ahli diet di Hong Kong, efek kurang tidur akan membuat tubuh memproduksi lebih sedikit leptin, hormon yang dibuat oleh sel lemak yang menandakan Anda sudah cukup makan.

Selain itu, ada peningkatan ghrelin, hormon yang dilepaskan perut yang meningkatkan rasa lapar dan nafsu makan. Hormon ini juga merangsang motilitas lambung (otot perut kejang) dan pengeluaran (sekresi) asam lambung, sesuai dikutip dari Star2, Kamis (27/4/2017).

Bertambah berat badan saat kurang tidur bisa dilihat dari kondisi tubuh. Tubuh akan lebih lesu saat kurang tidur sehingga membutuhkan makanan untuk menambah energi. Peningkatan makan ini cenderung mengarah pada makanan yang tidak sehat, seperti junk food.

Studi yang diterbitkan di Nature Communication menunjukkan, hubungan antara kekurangan tidur dan pemilihan makanan yang paling mampu memicu kenaikan berat badan.

Peningkatan keinginan makan perlahan-lahan naik di siang hari, lalu memuncak pada sore hari. Untuk menghindari risiko berat badan bertambah dan obesitas, sebaiknya tidur sesuai waktu yang cukup.

National Sleep Foundation Amerika Serikat merekomendasikan tidur selama 9- 11 jam tiap malam untuk anak-anak usia sekolah, 8- 10 jam untuk remaja, 7-9 jam untuk orang dewasa muda dan orang dewasa, dan 7-8 jam untuk orang lanjut usia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini