Liputan6.com, Inggris Sebuah survei mengungkap, satu dari empat wanita yang menderita kekeringan vagina akibat menopause memutuskan berhenti berhubungan seks. Hal ini dikarenakan mereka tidak bisa mencari pertolongan medis.
Baca Juga
Advertisement
Fenomena ini terjadi pada puluhan ribu wanita Inggris yang mengakhiri kehidupan seks karena kondisi memalukan ini. Mereka dilaporkan mudah merasa tersinggung dan depresi.
Penelitian yang dilakukan pada 500 wanita Inggris dengan kekeringan vagina, sesuai dikutip Mirror, Senin (24/4/2017) mengungkapkan, 30 persen wanita khawatir soal dampak jangka panjang yang dapat terjadi pada hubungan dengan pasangan.
Bahkan seorang responden mengatakan, kekeringan vagina dapat menyebabkan hancurnya hubungan yang dibangun selama 25 tahun.
"Kekeringan vagina bisa menjadi gejala menopause yang paling melemahkan. Selain itu, ini adalah gejala yang paling tidak ingin dibicarakan. Tentunya, hal ini harus berubah. Sudah waktunya meyakinkan wanita, kekeringan vagina dapat ditangani," kata ahli menopause Dr Louise Newson.
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Malu dibicarakan
Malu dibicarakan
Meskipun dampak dari kekeringan vagina terbilang umum terjadi, lebih dari setengah wanita tidak menggunakan produk atau menggunakan obat apapun untuk mengurangi gejala.
Mereka terlalu malu mendiskusikan dengan pasangan dan seperempatnya terlalu malu berbicara dengan dokter umum.
Advertisement
Sayangnya, lebih dari seperempat wanita merasa frustrasi. Peneliti kemudian mengungkapkan, kondisi kekeringan vagina berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari wanita.
Satu dari sepuluh wanita mengklaim, aktivitas seperti berjalan dan duduk bisa tidak nyaman. Olahraga dan bepergian jauh bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement