Sukses

Faktor Psikologi yang Bisa Pengaruhi Pemilih Pilkada DKI

Keputusan seseorang memilih kandidat pemilu tentunya didorong sejumlah alasan yang mana juga termasuk faktor psikologi.

Liputan6.com, Jakarta Dalam hitungan hari, penyelenggaraan Pilkada DKI Jakarta 2017 akan segera dilaksanakan di wilayah Ibukota. Pilkada tahun ini diyakini jauh lebih marak dibandingkan proses pemilihan yang sudah-sudah.

Ini dikarenakan adanya peningkatan pada jumlah orang yang menjadi tertarik untuk terlibat dalam pemilihan kepala daerah tersebut.

Dahulu kala, proses ini diikuti hanya oleh orang-orang yang suka atau paham sistem politik. Sebagian besar pemilih usianya sudah tua. Sekarang, proses pemilihan kepala daerah ini pasalnya disorot dan jauh lebih diminati masyarakat segala kalangan.

Tiga pasangan yang kini tengah bertarung antar satu sama lain dalam ranah politik untuk mendapatkan posisi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI, telah mengerahkan segala upaya melalui kampanye masing-masing untuk menambahkan jumlah pendukungnya seantero ibukota.

Sejauh ini ketiganya berhasil menghimpun banyak dukungan dari sana-sini. Mencari dukungan tentunya tidak mudah, apalagi membuat seseorang yakin sampai berniat memilihnya.

Cagub DKI Jakarta, Anies Baswedan saat menyampaikan pandangan pada diskusi bersama dua pakar perumahan di Jalan Brawijaya III, Jakarta, Kamis (5/1). Diskusi membahas Mengatasi Besarnya Kekurangan Hunian. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Hal-hal yang pengaruhi pilihan seseorang saat Pilkada DKI 2017 nanti sudah sering dibahas. Namun pembahasan sejauh ini hanya dari sisi sosial, ekonomi dan agama saja.

Bagaimana dengan faktor psikologi? apakah memiliki pengaruh besar terhadap pemilihnya? Tentu saja.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Faktor psikologi

Seperti dilansir dari Valley Morning Star, Jumat (10/2/2017), ada sejumlah faktor psikologis yang bisa pengaruhi pilihan pemilih calon pemimpin.

Pertama, cara para calon pemimpin mengekspresikan diri mereka bisa pengaruhi keputusan seseorang untuk memilihnya.

Jadi jika dilihat dari sudut pandang psikologi, seseorang cenderung akan lebih memilih calon pemimpin yang karakter serta gaya mengekspresikan aspirasinya mirip dengan dirinya. Memilih orang yang memiliki sifat tidak jauh berbeda darinya akan membuatnya merasa lebih nyaman dan terjamin kesejahteraannya.

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ingin menjadikan pusat perbelanjaan dan pusat grosir sebagai tempat wisata.

Kedua, pemilih bisa terpengaruh apabila dihantui rasa takut dimusuhi, dijauhi dan diisolasi oleh orang-orang terdekat atau orang lain yang jumlahnya termasuk dalam kategori mayoritas. Ia akan rela menyembunyikan pilihan aslinya di depan orang lain dan berlagak seolah satu suara dengan yang lainnya agar lebih mudah diterima.

“Tekanan sosial yang berasal dari berbagai sumber seperti keluarga, teman, pasangan, pengusaha, pemimpin agama dan lainnya pasalnya memicu respon psikologis pada si pemilih,” Kepala Pimpinan Departemen Psikologi di South University, Savannah, Tamara Avant menerangkan, seperti dimuat di laman resmi South University.

3 dari 3 halaman

Tindakan berperikemanusiaan

Ketiga, tingkat kecerdasan pemilih juga pasalnya mengendalikan psikologisnya dengan membuatnya lebih mungkin memilih calon pemimpin yang tidak hanya mencerminkan perilaku positif namun juga memiliki wawasan luas.

Keempat, tindakan berperikemanusiaan calon pemimpin membantu korban bencana alam atau janji untuk menerapkan kebijakan tersebut jika terpilih akan sangat mempengaruhi psikologis pemilihnya.

Di sini emosi pemilih tergerak dan ketertarikan untuk memilih calon pemimpin dengan niat baik membantu korban bencana alam tentunya akan meningkat secara drastis.

Calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyapa warga saat menyambangi kawasan Ciracas, Jakarta Timur, Kamis (2/2). Kepada warga, Ahok menanyakan bagaimana parahnya banjir di wilayah tersebut. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Pemilih cenderung akan lebih bulat tekadnya untuk memilih calon pemimpin yang bisa menjanjikan bantuan pada korban bencana, orang yang kesusahan, serta keamanan terhadap kesejahteraan masing-masing individu.

Kelima, seorang pemilih akan lebih mungkin memilih seorang calon pemimpin yang secara fisik dipandang menarik. Fisik yang menarik kerap diasosiasikan dengan karakteristik yang juga menarik seperti otak yang cerdas dan jiwa yang ramah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.