Sukses

Debat Cagub DKI: Menebak Karakter Kepemimpinan Paslon DKI 1

Begini analisis dan hipotesis gaya kepemimpinan dari pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI dalam Debat Cagub DKI

Liputan6.com, Jakarta Debat Cagub DKI 2017 ketiga sekaligus yang terakhir akan dilaksanakan malam ini. Setelah melaksanakan dua kali debat, gaya kepemimpinan masing-masing calon gubernur pun mulai terlihat. Ada yang semula terlihat sangat santun, berubah menjadi pribadi yang nyinyir pada debat cagub DKI yang kedua.

Pakar Deteksi Kebohongan, Handoko Gani MBA BAII memberi hipotesis dari analisis gaya kepemimpinan orang-orang yang akan menjabat sebagai DKI 1 beberapa bulan mendatang. Mulai dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ahok, sampai Anies Baswedan.

"Untuk melihat apakah mereka konsisten dengan ucapannya, atau sebetulnya ada yang mereka sembunyikan," kata Handoko Gani saat dihubungi Health Liputan6.com pada Jumat (10/2/2017).

Kami menghubungi suami grafolog pertama di Indonesia, Deborah Dewi, guna mendapatkan penjelasan yang lebih atas pernyataan yang telah ia sampaikan di Opini.Id

Saat kami tanyakan siapa sosok yang "berubah", Handoko menjawab,"Yang ada perubahan itu Anies. Yang pertama, sosoknya bisa dibilang amat santun. Dan pada Debat Cagub DKI yang kedua, berubah lebih nyinyir. Kelihatan bahwa dia ngotot, nyinyir, dan nyerang."

Sebelum Ahok mengatakan bahwa Kementerian Pendidikan dan Budaya meraih juara 22 dari 22, Anies sudah lebih dulu "menyerang" pasangan calon nomor dua. "Dari visi dan misi, Anies sudah menyerang duluan," ujar Handoko.

Dari hipotesis dan analisis yang Handoko lakukan, ia menyebut AHY memiliki karakter yang "bossy".

"Coba lihat gesture tangan AHY (seperti memanggil orang). Gestur seperti itu, di Filipina tidak boleh, dan kita bisa dipenjara, lho. Gestur tangan seperti itu, digunakan untuk memanggil anjing," kata Handoko.

"Tetapi tetap saja, buat kita, gestur kayak begitu, ditambah dengan muka AHY saat ngomong menunjukkan dia tipe orang yang bossy banget," kata Handoko menambahkan.

Handoko juga menganalisis penggunaan kata "kita" dan "saya" yang diucapkan AHY saat debat cagub DKI 2017.

Berikut kutipan ucapan AHY yang dianalisis oleh Handoko,"Untuk itu, sekali lagi, kita harus hadirkan birokrasi yang berintegritas yang handal, sehingga saya akan dapat menjalankan pemerintahan dengan baik."

Dalam kalimat itu, jelas Handoko, tergambar bahwa kita harus mengerjakan sesuatu dulu, baru (setelah itu) saya bisa mencapai tujuan kita bersama.

"Paslon nomor 1 ini adalah seorang pemimpin yang membutuhkan segala sesuatunya yang siap dulu, baru dia bisa bekerja dengan baik," kata Handoko.

Sementara sosok Ahok, disebut oleh Handoko seperti robocop tapi punya hati. Sebab, gubernur petahana ini adalah seorang pemimpin yang ngotot, suka meledak-ledak, tapi sangat saklek pada aturan.

"Saklek pada aturan maksudnya, patuh sama konstitusi. Konstitusi bilang A, dia A. Konstitusi bilang B, dia B," kata Handoko Gani.

"Dan yang kedua, Ahok kadang memang seperti orang yang tahu segalanya. Seperti bertindak sendiri, ala robocop. Namun, dia memiliki keinginan meluruskan hal-hal yang salah," kata Handoko menambahkan.

Terkait Anies Baswedan yang dilihatnya mengalami perubahan sikap dari Debat Cagub DKI yang pertama dan kedua, Handoko malah ingin menyebut mantan menteri ini sebagai sosok oportunis.

Maksud Handoko, Anies bisa melakukan segala cara, yang menurut dia benar. Salah satunya bisa merangkul semua pihak.

"Artinya, dia berusaha bisa menyenangkan semua orang, memanfaatkan kesempatan yang ada, ya itulah oportunis. Ibaratnya 'sama siapa pun, karena itu kesempatan menguntungkan untuk saya, akan saya ambil'. Dan itu kelihatan dari gaya dia yang berubah-ubah," kata Handoko lagi.

Bukti lainnya adalah bagaimana bisa seorang Anies Baswedan menyetujui pendampingnya, yaitu Sandiaga Uno, menyerang paslon nomor 2 lewat paslon nomor satu.

Sayang, mungkin, Sandiaga Uno berharap Sylvi berani lebih tajam dalam mengungkapkan apa yang kurang dari Ahok, tapi itu tidak terjadi sama sekali. Bahkan, "niat" Sandiaga Uno itu ketahuan oleh AHY.

"Artinya, dia memang menyetujui, kalau pun memang yang mengeksekusi adalah Uno. Dia tahu dan menyetujui itu," kata Handoko lagi.

Jangan lupa, saksikan Debat Cagub DKI melalui siaran streaming di Liputan6.com

 

*** Saksikan hitung cepat Pilkada DKI Jakarta 2017 pada 15 Februari 2017

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini