Sukses

72 Kali Kemoterapi, Andry Garcia Sembuh dari Leukemia

Selama 2 tahun 4 bulan menjalani 72 kali kemoterapi, akhirnya dokter memutuskan sel kanker leukemia sudah hilang dan pasien sembuh.

Liputan6.com, Jakarta Perjuangan Andry Garcia untuk lepas dari jeratan leukemia membuahkan hasil. Serangkaian pengobatan dilakukannya dengan sabar mengikuti prosedur medis. Pada tanggal 14 Januari 2016, sebuah keputusan dari dokter menyatakan, Andry selesai menjalani pengobatan leukemia. Ia juga melakukan 72 kali kemoterapi dan konsumsi obat kemoterapi.

Pemuda yang kini berusia 20 tahun terlihat sehat saat hadir pada acara peringatan Hari Kanker Sedunia 2017 di Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Rabu (1/2/2017). Andry menceritakan perjalanan menghadapi leukemia dan proses pengobatan yang dijalaninya.

Pada tanggal 14 Juni 2013, Andry didiagnosis mengidap leukemia saat berusia 17 tahun. Tak hanya leukemia saja, ia juga didera limfoma non-hodgkin (kanker yang tumbuh pada sistem limfatik tubuh) berupa pembengkakan kelenjar getah bening.

"Waktu itu saya sedang menjalani ujian kenaikan kelas XII. Tapi badan demam lebih dari 8 hari dan itu memang tidak normal. Selesai ujian malah demamnya tambah tinggi. Kondisi fisik lelah, ingin istirahat, dan tidur. Melihat kondisi saya begitu, orang-orang di lingkungan sekitar mengira, saya orang yang malas," kata Andry saat sesi wawancara khusus dengan Health-Liputan6.com.

Gejala-gejala lainnya, durasi waktu tidur begitu lama. Pola tidur Andry, yakni usai pulang sekolah pukul 15.00 WIB. Setibanya di rumah, ia tidur pukul 17.00 WIB dan bangun keesokan harinya pukul 09.00 WIB.

Ia pun tidak sadar telah tidur selama 16 jam. Berujung dari gejala yang mencurigakan, orangtua membawanya ke rumah sakit swasta. Pemeriksaan cek darah sangat mengagetkan.

"Sebelumnya, ibu saya ditanya dokter: apa di keluarga punya riwayat penyakit kronis, apakah pernah mengalami sakit kronis sebelumnya. Setelah itu, dokter bilang kalau saya mengidap leukemia akut. Leukosit saya sebesar 90.700 dan sel blast (sel darah putih yang belum matang) sebesar 86 persen, sel inilah yang  menyebabkan saya kena kanker," ungkap Andry.

Setelah mendengar Andry mengidap leukemia, keluarga sangat shock, terutama bagaimana proses pengobatan dan obat yang harus dikonsumsi. Andry pun dilanda kebingungan, ia sendiri tidak tahu lebih rinci soal leukemia  beban obat.

Dari penuturan sang ibu, Andry mengetahui, sang nenek (ibu dari ibu Andry) pernah mengalami sakit kronis, yakni sakit kanker payudara. Nenek Andry juga pernah menjalani kemoterapi. Sang ibu juga tidak menyangka, Andry akan melakukan kemoterapi seperti yang dialami nenek.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Kondisi makin parah

Kondisi makin parah

Demi menjalani pengobatan lebih intensif, Andry harus memilih, apakah akan menjalani pengobatan di Rumah Sakit Dharmais atau Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Pertimbangan untuk mengambil keputusan begitu rumit. Dalam upaya mempertimbangkan keputusan itulah Andry justru mencoba jalan pengobatan alternatif.

Namun, pengobatan alternatif tidak mampu membuatnya pulih. Sebaliknya, kondisinya makin parah.

"Tumbuh benjolan di leher dan pembengkakan gusi. Saya juga batuk akut, tidak berhenti-henti. Setelah kondisi saya seperti ini, baru dilarikan ke RSCM," ujar Andry sambil mengenang kisahnya.

Andry Garcia didiagnosis menderita leukemia pada usia 17 tahun. (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Pada tanggal 7 Agustus 2013, Andry dilarikan ke RSCM. Ia juga sempat keracunan makanan. Penanganan pertama saat di RSCM, yaitu mengobati pembengkakan gusi, menurukan tekanan darah, dan demam. Ia ingat tepat pukul 12 malam sudah diantar masuk ke ruangan.

"Saat tiba di RSCM, saya langsung mendapat penanganan. Mungkin karena tahu status pasien akut dan demam di atas 40 derajat. Kemudian saya masuk di ruang isolasi untuk pelayanan lebih intensif," tuturnya.

Ada hal yang membuat Andry merasa terkejut. Pada waktu masuk ruang isolasi, ia hanya dikasih obat antibiotik karena dokter yang menangani penyakitnya tengah cuti. Untuk itu, ia harus bertahan dengan obat yang ada.

"Itulah tantangannya. Bayangkan, mulut saya berdarah-darah, darah mengucur terus, demam enggak turun-turun, dan bengkak lalu hanya dikasih antibiotik. Tapi dokternya telepon juga ke suster yang jaga, antibiotik yang sebelumnya dikasih harus diganti baru," kata Andry sambil tersenyum simpul.

3 dari 5 halaman

Penanganan lebih lanjut

Penanganan lebih lanjut

Ketika demam sudah turun, Andry pun bisa ditangani lebih lanjut dengan kemoterapi dan bone marrow puncture (BMP) berupa pemeriksaan sumsum tulang belakang. Pemeriksaan BMP akan mengetahui seberapa banyak sel-sel darah yang terkumpul dan sel darah yang mengandung kanker.

Dari hasil pemeriksaan BMP diidagnosis secara konklusif baru diperoleh. Andry mengidap leukemia akut stadium 4. Ia merasa tenang setelah mendapatkan diagnosis jelasnya dan makin bersiap menjalani pengobatan sampai tuntas.

Andry melakukan kemoterapi dari fase induksi sampai kelanjutan. Ia mengaku, sudah 72 kali menjalani kemoterapi. Andry, yang pada waktu termasuk kategori pasien anak-anak, kemoterapi secara berkala dilakukan seminggu sekali.

Tiap kemoterapi, ia diberikan obat kemoterapi, baik obat yang diminum, diinfus, atau dimasukkan ke cairan otak lewat belakang tubuh.

4 dari 5 halaman

Sel kanker hilang

Sel kanker hilang

Demi penyembuhan, Andry melakukan pengobatan kemoterapi sesuai anjuran dokter. Selama proses kemoterapi, hasil kemoterapi dievaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan, sel-sel kanker sudah dianggap aman dan tidak membahayakan kesehatan.

Sel-sel kanker juga hilang. Pada tanggal 14 Januari 2016, sebuah penentuan keputusan dari dokter keluar. Andry sudah selesai menjalani pengobatan leukemia. Rasa haru mengalir di wajahnya, selama 2 tahun 4 bulan (22 Agustus 2013 sampai 14 Januari 2016) melakukan kemoterapi akhirnya tuntas.

Setelah menjalani kemoterapi 2 tahun 4 bulan, Andry dinyatakan sembuh. (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Bagai menghirup angin segar, Andry menyadari, betapa nikmat sehat yang diperolehnya amat berharga. Kini, ia menerapkan pola hidup sehat dan melakukan aktivitas yang sehat.

"Hidup harus diisi dengan berbagai atmosfer yang baik, pola makan, dan aktivitas apapun yang bisa berkontribusi baik. Pola makan juga harus dijaga dan tidak berlebihan. Satu lagi, tingkatkan ibadah juga," tutur Andry, wajahnya berseri-seri.

5 dari 5 halaman

Pola hidup sehat

Pola hidup sehat

Ketika ditanya mengenai apakah ada pantangan dirinya mengonsumsi makanan tertentu. Andry menjawab, dokter tidak memberikan pantangan makanan tertentu. Hal yang utama, perlu pola makan seimbang, seperti nasi sayur, lauk-pauk, buah-buahan, dan susu.

Sebaiknya, menghindari makanan yang akan menambah kalori. Misal, monosodium glutamat (MSG) dan kaldu bermerek, yang akan membuat gemuk bila konsumsi berlebihan serta memicu timbulnya sel kanker.

Penerapan pola hidup sehat juga dilengkapi dengan medical check up. Jika dahulu Andry masih termasuk kategori anak-anak dan berobat di poli anak, kini ia melakukan check up di poli medik dewasa, yang disesuaikan dengan usianya.

"Selama check up sampai sekarang, kondisi kesehatan saya baik-baik saja dan tidak menunjukkan gejala adanya sel kanker lagi," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini