Sukses

5 Hal Anak Korban Perceraian Ingin Orangtuanya Tahu

Perceraian tak hanya berdampak bagi mantan suami-istri, tapi juga pada anak-anak mereka.

Liputan6.com, Jakarta Ketika suami-istri yang sudah memiliki anak bercerai, tentu ada pertanyaan besar, "Apa efeknya bagi anak-anak?". 

Berbicara dengan anak-anak korban perceraian, psikoterapis Tamara Mason, melansir Your Tango, Selasa (31/01/2017) menemukan jawaban anak-anak tadi hampir sama.

Ketika perceraian terjadi, tak hanya orangtua yang mengalaminya saja yang patah hati, anak-anak mereka juga merasakan hal yang sama. Perasaan kalau dunia mereka runtuh, dan seolah tak akan pernah bahagia lagi juga dirasakan oleh anak-anak.

Untungnya, hidup akan kembali berjalan dan menjadi lebih baik. Dan ada beberapa hal yang bisa orangtua yang bercerai lakukan untuk membantu anak dalam masa transisi ini.

Berikut beberapa hal yang dirasakan oleh anak-anak korban perceraian, dan mereka ingin orangtuanya paham:

1. Ingin jadwal orangtua yang teratur

Ketika orangtua berpisah, anak-anak lantas mulai punya jadwal baru: Kapan dia di rumah ibunya, dan kapan mulai di rumah ayahnya.

Beberapa anak suka untuk berpindah rumah dalam tempo singkat. Jadi mereka tidak akan pernah terlalu lama berpisah dengan salah satu orangtuanya. Misalnya hanya 2-3 hari di tiap rumah.

Sedangkan ada lagi anak-anak korban perceraian yang ingin jadwalnya lebih tenang, misalnya: satu minggu di rumah ayah, lalu satu minggu di rumah ibu.

Jika terpaksa ada jadwal di mana salah satu orangtua terlalu lama tak bertemu anaknya, salah satu pilihannya adalah: makan malam bersama sang anak saat dia sedang berada di giliran orangtua yang satu lagi. Namun pastikan hal ini sudah diatur sebelumnya, dan bukanlah rencana dadakan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Koneksi tetap terjaga

2. Pastikan terus terkoneksi dengan anak walau sedang tidak bersama

Ketika anak sedang berada di rumah orangtuanya yang lain, tetap kontak dan telepon dia. Biarkan juga anak membawa boneka atau selimut atau mainan kesayangannya setiap bertukar rumah. Hal ini akan mengurangi kekhawatiran anak harus bertukar-tukar rumah.

Anak juga bisa meletakkan fotonya bersama sang ibu di kamarnya di rumah ayah, begitu juga sebaliknya.

3. Susah untuk menemukan barang-barangnya

Salah satu anak mengingatkan, untuk selalu mencari tahu dimana barang-barangnya berada. Tujuannya, agar anak selalu tercukupi kebutuhannya. Dan tidak tiba-tiba tak memiliki cukup baju untuk digunakan, karena tertinggal di rumah yang satunya.

Kesulitan menjaga barang-barangnya adalah permasalahan yang sering terjadi pada anak-anak yang tinggal di dua rumah. Hal lain yang bisa mengurangi kekhawatiran anak adalah jika kedua orangtuanya mau fleksibel.

Jika kedua orangtua tinggal cukup berdekatan, izinkan dan antarkan anak untuk mengambil barang-barangnya yang tertinggal.

3 dari 4 halaman

Anak juga sedih dan takut

4. Anak merasa sedih dan takut

Sama seperti orangtua yang takut kehilangan anaknya ketika bercerai, anak juga takut kehilangan salah satu atau kedua orangtuanya. Banyak anak yang memiliki teman yang ditelantarkan atau ditinggalkan oleh satu orangtuanya setelah perceraian.

Anda bisa menghadapi rasa takutnya dengan cara meyakinkan anak. Walaupun Anda dan pasangan berpisah, Anda berdua akan selalu ada untuk anak. Dan pastikan Anda memegang perkataan Anda.

Memiliki anak adalah komitmen seumur hidup, yang tetap harus Anda jaga apapun yang tengah terjadi dalam hidup Anda.

Ketakutan yang biasa dirasakan anak:

- "Jika ibuku punya bayi baru, aku takut ayah tiriku tak akan sayang lagi padaku karena dia sudah punya anak kandung."
- "Aku takut salah satu orangtuaku akan berpikir aku terlalu bandel, dan menyuruh orangtuaku yang lain untuk mengambilku."
- "Anak juga merasa sedih, lebih dari kelihatannya. Mereka tidak mau menunjukkannya karena tak mau Anda merasa sedih/bersalah."

4 dari 4 halaman

Jangan libatkan anak dalam masalah perceraian

5. Jangan bertengkar dengan orangtua yang lain

Beberapa orangtua kadang merasa sangat marah sehingga mereka berusaha menghukum mantan pasangannya dengan cara menghalangi kontaknya dengan anak. Kecuali mantan pasangan Anda melakukan kekerasan, atau mengabaikan anak, tembakan yang Anda lontarkan ke orangtua yang lain akan tembus melalui anak.

Pastikan untuk tidak bertengkar di depan anak. Tidak pernah menjelek-jelekkan mantan pasangan di depan atau kepada anak, karena ini hanya akan membuat mereka sedih. Dan jangan juga berusaha untuk menyogok anak untuk membuat orangtua yang satunya terlihat buruk.

Jadwal yang teratur dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan mantan pasangan akan sangat membantu anak merasa tenang, dan tahu kedua orangtunya masih ada untuknya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini