Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

4 Hal Tentang Keperawanan, Mitos Atau Fakta?

Ada beberapa hal tentang keperawanan yang tak banyak diketahui publik. Apa sajakah itu?

Liputan6.com, Jakarta Wanita dianggap sebagai sebuah telur. Jika pecah, maka tak akan berharga. Telur dianggap merepresentasi mengenai keperawanan. Selama puluhan hingga ratusan tahun, mitos mengenai keperawanan banyak beredar, khususnya di beberapa negara di dunia yang masih memegang adat, seperti Indonesia.

Salah satunya, mengenai wanita yang kerap kali berolahraga akan membuat selaput dara robek, hingga tak perawan lagi. Mitos atau fakta?

1. Asal Kata Perawan

Sebelum mengetahui faktanya. tak ada salahnya mengetahui tentang istilah "perawan" dari bahasa Latin yaitu "virga", yang berarti "tunas muda". Juga, istilah berasal dari kata "virginem", yang berarti "gadis. Gadis yang belum menikah atau wanita". Kata pertama kali muncul dalam bahasa Inggris pada abad kesembilan, diwartakan Telegraph. Hal ini awalnya diterapkan hanya untuk perempuan.

2. Merkontruksi Selaput Dara

Menurut American Society of plastik Surgeons, permintaan untuk hymenoplasty: operasi merekontruksi selaput dara, dilansir Dailymail. Artinya, pemulihan bedah keperawanan yang kini terus berkembang. Ini adalah salah satu operasi paling populer dalam beberapa tahun terakhir.

Dengan kembali merekatnya dinding vagina, maka rasa sakit dan pendarahan saat melakukan sexual intercourse pun dapat terjadi kembali. Akhirnya, beberapa wanita yang telah menikah bisa kembali merasakan seperti perawan lagi. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Keperawanan sebagai Komoditas

3. Keperawanan sebagai Komoditas

Di beberapa negara, keperawanan dijual sebagai suatu komoditi yang berharga. Di Jepang, misalnya, geisha bisa menjual keperawanannya di upacara yang berjudul "mizuage".

Pakar antropologi Liza Dalby menyebutkan, mizuage merupakan fase penting bagi seorang calon Gesiha. Setelah melaksanakan mizuage, para maiko dianggap dewasa. Namun ritual menjual keperawanan ini akhirnya tidak diperbolehkan lagi atau ilegal sejak 1959.

4. Saringan Jadi Simbol Keperawanan

Di abad pertengahan Eropa, saringan menjadi simbol keperawanan. Lalu, wanita yang masih perawan diharuskan mampu membawa air dalam saringan. Itu sebabnya Ratu Elizabeth I dalam lukisannya pada 1579 memegang saringan di tangan kiri untuk menekankan keperawanannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini