Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Terlalu Cemas Penis Menyusut, Pria Berisiko Kena Sindrom Koro

Bila pria terlalu cemas terhadap penis yang menyusut, hati-hati risiko sindrom koro akan menyerang Anda.

Liputan6.com, Jakarta Ketika Anda beranjak tua, penis Anda akan menyusut tapi jika Anda terus-menerus cemas perihal kejantanan Anda yang akan surut, hal itu bisa menjadi tanda yang lebih serius.

"Seorang pria yang bertambah usia, penisnya mungkin menyusut akibat dari penimbunan lambat (slow deposit) plak lemak dalam arteri kecil di penis, yang mengurangi aliran darah," kata ahli kesehatan seksual Samantha Evans, dikutip dari Daily Star, Senin (23/1/2017).

Kondisi ini dikenal sebagai arteriosklerosis. Tak hanya di penis, proses ini juga terjadi di pembuluh darah sekitar jantung.

Arteriosklerosis juga membangun kolagen inelastik (jaringan parut) di dalam selubung fibrosa elastis yang mengelilingi bilik-bilik ereksi sehingga menyebabkan ereksi lebih kecil.

Namun, bila Anda berpikir penis Anda sudah menyusut padahal Anda masih muda, bugar, dan sehat, mungkin ada alasan psikologis di balik ini, termasuk apa yang dinamakan sindrom koro.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menderita sindrom koro

Menderita sindrom koro

Sindrom koro adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan kecemasan dan ketakutan yang mendalam penis mereka akan menyusut dan bahkan tertarik ke dalam. Gejalanya selalu sama, rasa kesemutan yang muncul di penis disusul dengan serangan panik. 

Dalam kasus ekstrem, pria berpikir penis mereka akan tertarik kembali ke daerah perut sampai menghilang. Pria yang menderita sindrom koro, dikenal sebagai sindrom retraksi genital (genital retraction syndrome) di Amerika Serikat dan Eropa, percaya bahwa mereka akan mati begitu penis mereka menghilang. 

Sindrom ini paling banyak ditemukan di kalangan pria muda Asia di Tiongkok, Jepang, Singapura, dan India, walau juga dialami oleh pria di dunia bagian barat. Tidak jelas berapa banyak pria yang terkena sindrom koro karena belum ada penelitian di seluruh dunia yang telah dilakukan.

Epidemi bersejarah akan sindrom ini pernah terjadi di Tiongkok dan Singapura, di mana banyak pria percaya mereka mengalami sindrom ini dan terjadilah histeria massal. 

Salah satu penjelasan paling komprehensif soal sindrom berasal dari analisis pada tahun 1984 oleh James W. Edwards, Indigenous Koro, A Genital Retraction Syndrome Of Insular Southeast Asia: A Critical Review.

James menjelaskan, sindrom koro adalah sindrom sehubungan budaya yang paling tidak banyak diketahui di Asia Tenggara. Sindrom ini pertama kali diperkenalkan dalam dunia sains barat untuk pertama kalinya pada tahun 1895, dan kembali muncul pada tahun 1897. Namun baru pada tahun 1930-an lah sindrom ini kembali mencuat. 

3 dari 4 halaman

Epidemi sindrom koro

Epidemi sindrom koro

Analisis James bisa dibilang tepat waktu, karena epidemi sindrom ini melanda Tiongkok pada tahun itu. Pada tahun 1984-1985, epidemi tersebut tersebut sampai memengaruhi 3 ribu orang di lebih dari 16 kota. Kampanye kesehatan mental pun dilakukan, dan akhirnya epidemi tersebut tak pernah terjadi lagi. 

Epidemi yang sama juga terjadi di Singapura dua dekade sebelumnya, pada tanggal 29 Oktober 1967. Epidemi terjadi setelah surat kabar melaporkan, beberapa orang mengalami koro akibat makan daging babi dari babi yang diinokulasi (pemindahan mikroorganisme ke medium baru) dengan vaksin anti demam babi (anti swine fever).

Menurut laporan 1969 yang ditulis 10 dokter untuk Singapore Medical Journal, wabah ini terjadi hanya dalam 10 hari dimana pada titik tertinggi, 97 orang mengunjungi unit gawat darurat Singapore General Hospital.

Dokter meneliti 454 pria pada minggu itu, 98 persen dari mereka adalah orang Tiongkok.

James mencatat sindrom koro  sangat dipengaruhi keyakinan budaya. Misal, ada beberapa wabah di Nigeria Barat pada 1970-an dan 1980-an. Para penderita percaya, alat kelamin mereka sedang dicuri untuk alasan sesuatu yang berhubungan dengan gaib.

4 dari 4 halaman

Pengobatan sindrom koro

Pengobatan sindrom koro

Pengobatan sindrom koro berbeda-beda, tergantung pada masing-masing negara. Tapi di dunia Barat biasanya diperlakukan sebagai fobia dan resep yang diberikan berupa obat-obatan antidepresan.

Penulis dan psikolog Dr Joy Browne mengatakan, kasus yang ekstrem terjadi bukan kelainan, melainkan keyakinan pribadi berdasarkan realitas yang berganti-ganti.

Seringkali orang yang menderita sindrom koro menderita kondisi lain. Para ahli kesehatan menemukan, dengan mengobati kondisi lain tadi, bisa meredakan gejala sindrom koro.

Jika Anda merasa sakit fisik, solusi yang terbaik adalah menemui seorang urolog sebelum orang lain melihat, apakah ada masalah psikologis yang melatarbelakangi hal itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.