Sukses

Tanggapan RSUP Dr Sardjito Terkait Isu 15 Pasien Antraks

RSUP Dr Sardjito perlu melakukan pemeriksaan lebih detail lagi untuk memastikan bakteri dari satu pasien yang pernah dirawat adalah antraks.

Liputan6.com, Jakarta Menanggapi isu yang beredar di media sosial terkait 15 orang warga Kulonprogo yang terkena antraks dan dirawat di RSUP Dr Sardjito, pihak rumah sakit menyatakan bahwa kabar tersebut tidak benar. Hingga saat ini hanya satu orang pasien yang mengarah atau diduga antraks dirawat di RSUP Dr Sardjito.

"Isu yang berkembang yang menyatakan RSUO Dr Sardjito saat ini menangani 15 warga Kulonprogo menderita antraks itu tidak benar, kami hanya merawat satu pasien ini saja yang menderita meningitis," tegas Direktur Medis dan Keperawatan dr Rukmono Siswishanto, Sp.OG (K).,M.Kes dalam konferensi pers, Sabtu (21/1/2017).

Berdasarkan keterangan Kepala Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dr Noornaningsih, Sp.A(K), RSUP Dr Sardjito menerima pasien kiriman dari RSUD Sleman dengan penurunan kesadaran disertai kejang melalui Instalasi Gawat Darurat pada 31 Desember 2016 lalu. Pasien anak tersebut langsung mendapat penanganan untuk mengatasi kejang dan kemudian dipindahkan ke unit PICU.

Melalui serangkaian pemeriksaan dan anamnesa di PICU anak, diperoleh diagnosis adanya infeksi selaput otak pada pasien tersebut. Pasien mengalami infeksi otak, demam, kejang, dan penurunan kesadaran saat perawatan. Tim medis PICU selanjutnya melakukan terapi untuk penanganan infeksi otak serta melakukan pengambilan sampel cairan otak pasien dan CT Scan.

Dr Noornaningsih juga mengungkap, pasien tidak memiliki respon napas dengan baik sejak masuk IGD sehingga dipasangkan ventilator dan diberi antibiotik yang sesuai, serta dilakukan cek laboratorium. Selama enam hari masa perawatan, tidak ada tanda-tanda perbaikan pada pasien. Pada 6 Januari 2017, pasien anak tersebut meninggal dunia.

Selama masa perawatan, pasien didiagnosis menderita meningitis (radang otak). Namun, berdasarkan hasil laboratorium darah (tes kultur)--baru keluar setelah pasien meninggal-- menunjukkan adanya infeksi bakteri bacillus anthracis. Tes kultur memerlukan waktu pengecekan yang cukup lama.

"Namun demikian, RSUP Dr Sardjito masih perlu melakukan pemeriksaan lebih detail lagi untuk memastikan bakteri itu adalah antraks," tegas dr Noornaningsih, seperti dimuat dalam siaran pers yang diterima Health-Liputan6.com.

Direktur Medis dan Keperawatan RSUP Dr Sardjito, dr Rukmono Siswishanto, Sp.OG (K).,M.Kes, mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan dan menyatakan rumah sakit tersebut aman untuk dikunjungi maupun untuk berobat. Rukmono berharap masyarakat tidak terlalu menanggapi isu-isu yang berkembang dan bisa menyikapi setiap informasi dengan baik. 

"Petugas kami yang langsung berhadapan dengan satu pasien tersebut, buktinya baik-baik saja sampai saat ini," pungkasnya.

Sementara, Kepala Bagian Hukum dan Humas Trisno Heru Nugroho menyatakan, surat resmi yang beredar di media sosial yang menggunakan nama rumah sakit tersebut masih dalam pelacakan. Pasalnya, menurut Trisno, surat yang keluar dari rumah sakit pasti menggunakan kop asli dengan logo rumah sakit berwarna biru dan kuning.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.