Sukses

Anak Cukup Aktif Mengakses Konten Porno, Orangtua Harus Bagaimana

Maraknya penggunaan internet memunculkan anak-anak mengakses video porno, orangtua harus proaktif menjaga anak.

Liputan6.com, Inggris Sebagai psikiater yang mengkhususkan diri menangani persoalan remaja dan dewasa muda, Dr Shimi Kang mengkhawatirkan dampak film porno atau konten berbau pornografi pada mental pasien-pasiennya.

Menurut sebuah studi dari Middlesex University di Inggris, pada umur 15 tahun, anak-anak lebih rentan melihat pornografi di internet. Sebanyak 46 persen dari 1.001 anak-anak dan remaja dilaporkan aktif mencari hal berbau porno, seperti dikutip dari Health US News, Kamis (12/1/2017).

Pornografi bukan hanya masalah moral tapi terbukti berbahaya bagi kesehatan fisik, seksual, dan mental. Studi juga menemukan, film porno dapat memunculkan emosi, rasa ingin tahu, shock, dan kebingungan.

Remaja mengakui, perasaan menjadi terganggu dan tertekan setelah melihat film atau video porno. Jika seseorang terlalu sering melihat visualisasi yang terlalu vulgar, otak akan terangsang dengan konten grafis dan fantastis porno. Hal ini menyulitkan individu terangsang oleh orang atau hubungan yang nyata.

Perubahan otak terkait kecanduan pornografi mengakibatkan, ada sesuatu yang salah pada diri mereka, perasaan menjadi kosong dan tertekan.

Remaja yang sering mengakses situs erotis lebih cenderung bersikap permisif (bebas) menerima segala sesuatu terkait seks. Ada rasa ingin tahu untuk belajar bagaimana melakukan hubungan seks, meniru apa yang dilihat, atau meminta pacar melakukan apa yang dilihat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Orangtua harus proaktif

Orangtua harus proaktif

Orantua dapat memberikan pendidikan seks pada anak atas hal-hal porno yang ada di internet. Program pendidikan seks yang komprehensif berisi informasi akurat dapat membantu remaja menghindari timbulnya aktivitas seksual.

Selain itu, mengurangi frekuensi aktivitas seksual, jumlah pasangan seksual, dan meningkatkan penggunaan kondom juga kontrasepsi. Teknologi dan pengaturan preferensi yang tepat juga mencegah pornografi dari penglihatan anak muda.

Pembatasan program TV yang berunsurkan adegan tidak pantas melalui perangkat V-Chip.

Orangtua bisa menggunakan Google yang memiliki mode SafeSearch untuk memblokir situs pornografi internet. Di rumah, orangtua bisa memulai percakapan saat mencapai pubertas. 

Di sisi lain, mematai-matai selama menjalani aktivitas internet bisa memicu mereka menjadi lebih privat. Untuk mengatasinya, ciptakan percakapan yang lebih produktif dan jujur dengan anak.

Orangtua harus proaktif mencegah anak melihat pornografi di internet agar tidak berdampak negatif pada kesehatan. Tapi pastikan juga anak punya ruang bebas untuk mempelajari soal seks.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini