Sukses

Mari Mengenal Bahaya Thalassaemia

Thalassaemia merupakan penyakit kelainan darah turunan yang mengharuskan penderitanya menjalani transfusi darah sepanjang hidup. Di Indonesia, yang tercatat saja sudah ada 5.000 penderita.

Liputan6.com, Jakarta: Hari ini, Sabtu 8 Mei 2010 diperingati sebagai Hari Thalassaemia Internasional. Thalassaemia merupakan penyakit kelainan darah turunan yang mengharuskan penderitanya menjalani transfusi darah sepanjang hidup. Dan, penyakit kelainan darah ini sudah menjangkiti ratusan ribu orang di Tanah Air.

Terkait dengan Hari Thalassaemia ini, Ibu Negara Ani Yudhoyono selaku ikon thalassaemia mengajak seluruh masyarakat untuk lebih peduli kepada penderita thalassaemia. "Penderita thalassaemia sangat banyak, sehingga membutuhkan perhatian kita bersama," ujar Ibu Negara kepada reporter SCTV Mochammad Achir.

Perkenalan Ibu Ani dengan thalassaemia berawal dari cerita Edi Baskoro, putra kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Ani Yudhoyono, yang memiliki seorang sahabat bernama Dona Rifana. Ibas bercerita bahwa temannya semasa SMP itu tiba-tiba badannya lemas dan kulitnya kuning sehingga harus rutin melakukan transfusi darah. "Waktu itu saya mengira gejala penyakit kuning, ternyata itu yang disebut thalassaemia," jelas Ibu Ani.

Thalassaemia sebenarnya bisa dicegah, terutama bagi mereka yang akan menikah, dengan cara memeriksakan darah. Langkah ini penting untuk mencegah agar tidak lahir penderita thalassaemia  yang baru. "Sebab, kalau sudah terkena thalassaemia, akan sulit sekali untuk pengobatannya," jelas ikon thalassaemia  ini.

Penyakit yang tidak menular ini bisa dibagi dua, yaitu thalassaemia  mayor dan minor. Thalassaemia minor hanya berupa anemia ringan dan penderita tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Sedangkan thalassaemia mayor, penderita menjadi lemas dan tak bisa bekerja.

Menurut Menteri Kesehatan Endang Sedyaningsih, jumlah penderita thalassaemia di Indonesia ibarat gunung es, dimana yang tercatat jauh lebih kecil dari angka sebenarnya. "Saat ini baru tercatat sekitar 5.000 penderita dan yang rutin berobat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sekitar 1.000 orang," jelas Menkes.

Untuk menangani para penderita, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Yayasan Thalassaemia membantu dari sisi pengobatan. Caranya dengan menyediakan semacam kartu atau surat keterangan dari Yayasan Thalassaemia kepada Kementerian Kesehatan. Dengan surat itu nantinya pasien bisa dirujuk ke rumah sakit untuk dibantu pengobatannya.

Kendati demikian, besarnya biaya pengobatan bagi pasien thalassaemia membuat pemerintah tak mungkin berdiri sendiri membantu pasien. Karena itu, bantuan dari mana saja sangat diharapkan, karena sebagian besar penderita thalassaemia berasal dari kalangan tak mampu. "Jadi, bagi yang sudah mengidap thalassaemia mari kita bantu, sedangkan bagi yang belum kita cegah bersama," harap Ibu Negara mengakhiri perbincangan.

 



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.