Sukses

RSUD Soetomo: Waspadai Pengunaan Antibiotik

Pihak RSUD dr. Soetomo Surabaya mengingatkan masyarakat akan penggunaan dan penjualan obat-obatan antibiotik yang saat ini sangat mudah diperoleh di pasaran.

Liputan6.com, Surabaya: Wakil Direktur Rumah Sakit Daerah dr. Soetomo Bidang Penunjang Medik Usman Hadi mengingatkan masyarakat soal penggunaan dan penjualan obat-obatan antibiotik. "Jika sudah resisten terhadap obat tertentu, pasien harus disembuhkan dengan obat berdosis lebih tinggi. Namun dosis terus dinaikkan, akibatnya pasien tersebut tidak bisa disembuhkan dengan obat apa pun," katanya di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (10/4).

Jika penyakitnya ringan tapi diobati dengan antibiotik dosis tinggi, kata Usman, nantinya kuman, virus, atau bakteri yang menginfeksi, resisten terhadap obat tersebut. "Akibatnya, pasien bisa meninggal dunia karena penyakitnya tidak bisa disembuhkan dengan obat apa pun," katanya.

Saat ini, sekitar 10 persen penduduk Indonesia, termasuk di Surabaya, resisten terhadap antibiotik tertentu. Padahal 10 tahun lalu, jumlahnya kurang dari satu persen dari penduduk yang ada. Usman tidak menyebutkan antibiotik apa saja yang sudah tidak ampuh lagi digunakan untuk pasien di Indonesia.

Ia menjelaskan, resistensi bergantung pada masing-masing orang. Maksudnya, jika seseorang terus mengkonsumsi antibiotik tanpa memperhatikan kadar suatu penyakit, maka semakin lama pasien semakin resisten terhadap obat tertentu.

"Yang jelas, sekarang penisilin sudah tidak bisa lagi digunakan untuk mengobati penyakit kelamin gonore karena sering dipakai untuk mengobati infeksi ringan," katanya mencontohkan.

Usman Hadi mendesak pemerintah untuk menambahkan regulasi tentang pembelian antibiotik yang harus disertai dengan resep dokter. "Sebenarnya peraturan itu sudah ada. Namun, faktanya banyak dilanggar. "Bahkan antibiotik sekarang dijual bebas, termasuk di toko obat biasa," katanya.

Bahayanya lagi, katanya, saat ini banyak peternak dan petani tambak menggunakan antibiotik untuk mempercepat pertumbuhan ternaknya. Menurutnya, hal itu sangat membahayakan karena manusia yang mengonsumsi daging hewan atau ikan yang diberi pakan bercampur antibiotik akan resisten.

"Antibiotik tidak bisa diuraikan, bahkan setelah menjadi residu. Karena itu, limbah yang mengandung antibiotik sangatlah berbahaya," katanya. Ia juga meminta Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan memperketat pengawasan penggunaan antibiotik sebagai salah satu upaya pencegahan resistensi antibiotik.(Ant/IDS/SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini