Sukses

Klaustrofobia, Ruang Sempit, dan Korban Perampokan Pulomas

Berada di tempat sempit bisa menimbulkan rasa takut kehabisan udara dan memicu klaustrofobia. Mirip yang dialami korban perampokan Pulomas

Liputan6.com, Jakarta Apa yang dialami oleh korban perampokan sadis di Pulomas pada Selasa (27/12) mungkin adalah mimpi buruk paling mengerikan bagi banyak orang. Terutama, mereka yang menderita klaustrofobia.

Rasa takut kehabisan udara dan klaustrofobia biasanya berhubungan. Orang-orang yang khawatir akan kehabisan napas seringnya juga takut berada di ruangan sempit, ruangan panas, atau ruangan tanpa jendela--karena mereka takut tak akan mendapatkan cukup udara.

Faktanya, tempat-tempat tadi sebenarnya tak memiliki risiko akan kehabisan udara. Manusia hanya menarik sedikit udara ketika bernapas, bahkan di ruangan kecil sekalipun ada banyak pasokan udara--kecuali jika Anda terkurung selama belasan jam di dalamnya bersama banyak orang (persis yang dialami korban dari perampokan Pulomas)

Dalam keadaan normal, tak ada ruangan yang pasokan udaranya sedikit. Udara mengalir melalui jendela atau bawah pintu, dan pasokan udara itu tak akan sempat habis sebelum terganti pasokan udara baru.

Suhu suatu udara juga tidak berpengaruh pada jumlah pasokan udara di ruangan tersebut, dan hanya akan memengaruhi kenyamanan Anda saja. Sayangnya, orang yang memiliki klaustrofobia atau takut kehabisan napas seringnya mulai bernapas secara tidak teratur (terengah-engah) yang malah akan memperburuk simtom-nya.

Mudahnya, klaustrofobia adalah rasa takut berada di ruangan tertutup atau sempit. Biasanya orang dengan klaustrofobia takut berada di dalam lift, kereta, pesawat, atau bus.

Berada di ruangan kecil yang tertutup akan memicu mereka mengalami serangan kepanikan, terutama jika merasa terjebak tak bisa keluar seperti para korban perampokan Pulomas yang berjumlah enam orang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apa Itu Klaustrofobia?

Selain itu, perasaan terjebak ini tak hanya dipicu jika mereka berada di ruangan tertutup. Rasa takut dan panik bisa muncul di mana saja ketika orang-orang tadi mereka terkekang, terdesak, atau terjebak. Misalnya, ketika Anda memotong rambut di salon, dan penutup pakaian yang terlalu ketat membuat Anda merasa sesak. Ini bisa menimbulkan perasaan panik. Atau bagi wanita, tali bra Anda terlalu kencang, sehingga Anda merasa terikat dan tertekan, sehingga serangan kepanikan muncul.

Rasa takut dan panik yang dipicu fobia tadi bisa muncul dalam berbagai simptom, seperti jantung yang jadi berdetak kencang, muncul keringat dingin, gemetar atau pusing (keliyengan), rasa sesak atau tercekik, sakit di dada, atau mual.

Simptom tadi akan muncul tiba-tiba dan biasanya juga akan segera hilang jika hal yang membuatnya muncul berhenti atau dihilangkan. Simptom yang muncul juga bisa jadi sangat parah, sehingga orang yang mengalaminya merasa seolah-olah akan mati atau hilang akal.

Lift adalah salah satu pemicu utama klaustrofobia. Beberapa peneliti, seperti dikutip dari Lifescript, Selasa (27/12/2016) mengindentifikasi perasaan terjebak dan terikat adalah inti dari klaustrofobia. Walau ada juga rasa takut akan kehabisan napas.

3 dari 3 halaman

Siapa saja yang bisa mengalami klaustrofobia?

Dari seluruh penderita klaustrofobia, 75 sampai 90 persen di antaranya adalah wanita, menurut American Psychiatric Association. Namun, gangguan ini juga bisa dialami oleh pria dan anak-anak. Para psikolog juga menemukan, seringnya fobia tipe situasional mempengaruhi lebih dari satu anggota keluarga.

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan klaustrofobia. Yang paling jelas adalah, karena pernah mengalami trauma--seperti terkunci di tempat sempit--atau melihat orang lain mengalaminya.

Pada kasus-kasus ini, penderita biasanya bisa mengingat kejadian spesifik yang menjadi sumber ketakutan mereka. Sayangnya, peringatan berulang-ulang dari orangtua kepada anak tentang bahayanya suatu benda atau kondisi yang menjadi sumber ketakutan mereka, bisa memicu timbulnya fobia.

Dalam kasus-kasus ekstrem, penderita fobia tak bisa menjalani hidup mereka secara maksimal. Mereka tahu rasa takut mereka berlebihan dan tidak masuk akal, namun mereka tidak bisa mengontrolnya.

Untungnya, ada beberapa perawatan yang bisa dilakukan oleh penderita fobia untuk membantu menghilangkan atau mengurangi ketakutan mereka tadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini