Sukses

Gaji Tak Memuaskan Bisa Bikin Kesehatan Mental Terganggu?

Ternyata gaji atau penghasilan yang tak sesuai hati berdampak buruk pada kesehatan fisik sekaligus mental seseorang.

Liputan6.com, Jakarta

Setiap orang tentunya ingin bisa bekerja atau berkarir di suatu tempat di mana aspirasnya bisa tersalurkan. Bagi orang idealis, perihal seperti penghasilan awalnya tidak menjadi masalah lantaran yang diutamakan adalah cita-citanya berkecimbung di dunia yang ia dambakan tercapai.

Namun, seiring berjalannya waktu, kebanyakan dari mereka akhirnya menyadari betapa pentingnya mendapatkan gaji atau pendapatan yang dapat memfasilitasi segala kebutuhannya serta keluarganya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa semua orang membutuhkan uang untuk menghidupi dirinya dan orang-orang terdekatnya. Oleh karena itu, tidak sedikit dari mereka yang akhirnya merelakan cita-cita dan beralih ke pekerjaan lain dengan harapan mendapatkan penghasilan lebih besar dari sebelumnya.

Ini pun dilakukan bahkan oleh mereka yang sebetulnya setengah hati dengan pekerjaan barunya, namun termotivasi dengan jumlah penghasilan yang diiming-imingkan lebih tinggi.

Namun, sebetulnya yang merasa gaji tidak sesuai dengan hati bukan hanya mereka yang memang tergolong rendah gajinya. Ada beberapa kasus di mana pendapatan orang tersebut sudah cukup, namun karena dirinya enggan hidup berkecukupan dan ingin memenuhi kebutuhan sekundernya, ia pun akhirnya mencari pekerjaan lain dengan penghasilan jauh lebih tinggi dari sebelumnya.

Lalu, apa hubungan gaji yang tidak sesuai hati dengan kesehatan fisik serta mental kita?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hubungan penghasilan kerja dengan kesehatan

Melansir CNN, Kamis (22/12/2016), seorang Profesor bidang kesejahteraan sosial di Washington University, St. Louis, AS, Mark Rank, mengungkap fakta bahwa kesehatan seseorang bisa diukur dengan mengetahui penghasilannya serta puas atau tidaknya orang tersebut dengan gaji yang ia dapat.

Mengapa begitu? Profesor Mark berpendapat, “penghasilan seseorang dan tingkat kepuasan mereka akan hal itu pasalnya mempengaruhi perasaan mereka secara menyeluruh.”

Menurutnya, ketika jumlah penghasilan tidak sesuai keinginan hati, terlepas dari kecil atau besar jumlahnya, orang tersebut cenderung akan merasa sedih, kecewa dan marah.

“Perasaan tersebut kemudian memicu stres yang mana bisa menjadi lebih buruk ketika berevolusi menjadi depresi berkepanjangan,” terangnya.

Ketika seseorang stres, ia cenderung akan lebih rendah motivasinya untuk bekerja semaksimal mungkin dan sangat rentan melakukan hal-hal yang akan merusak hubungan sosialnya dengan rekan-rekan di tempat dimana dirinya bekerja.

Itu merupakan dampak pada kesehatan mental, sementara untuk kesehatan fisik, hasil penelitian US Centers for Disease Control and Prevention yang dilakukan dalam bentuk National Health and Nutrition Examination Survey sejak tahun 1976 hingga 2014 kemarin terkait hal tersebut menunjukan, ketidakpuasan terhadap penghasilan lambat laun bisa memicu terjangkitnya penyakit seperti infeksi liver, gagal ginjal, dan darah tinggi pada seseorang.

Itu semua tentunya diawali dengan gangguan pada mental seseorang yaitu, stres. Stres pasalnya membuat orang tersebut selalu berpikir negatif, pesimis, emosional, pola makannya berantakan, kekurangan atau kelebihan istirahat dan masih banyak lagi.

Stres tentunya dipicu oleh rasa ketidakpuasan akan pendapatannya yang dianggap kurang itu. Jadi, masihkah Anda memilih untuk tidak puas dengan pendapatan Anda jika tahu konsekuensinya sangat berbahaya bagi kesehatan?

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.