Sukses

Diabetes Tak Terkendali Gara-Gara Uang Berobat untuk Cucu

Masih banyak orang dengan diabetes di Talagabodas, Jawa Barat, tidak berobat dengan benar. Gara-garanya uang berobat untuk cucu.

Liputan6.com, Jakarta Jumlah kematian di Indonesia akibat penyakit kronis terus meningkat, terutama diabetes mellitus dan hipertensi.

Di UPT Puskesmas Talagabodas, Lengkong, Bandung, Jawa Barat, persentase diabetes melitus dari tahun 2010 sampai sekarang meningkat sebesar satu sampai dua persen, sedangkan hipertertensi meningkat 13 persen sampai 35 persen.

Untuk menurunkan angka kedua penyakit kronis di atas, Puskesmas Talagabodas melakukan program pengelolaan penyakit kronis (prolanis).

Prolanis di Puskesmas Talagabodas sudah dilaksanakan sejak tahun 2012.

Berkat prolanis, pasien yang datang berobat secara perlahan mulai sadar akan kesehatan diri sendiri. Program berupa edukasi soal diabetes melitus dan hipertensi membuka wawasan pasien, khususnya terhadap pasien lanjut usia (lansia).

Sebab, pasien lansia sulit memahami tata laksana penyembuhan dan pengobatan diabetes melitus dan hipertensi.

"Ada anggapan kalau mengidap diabetes melitus dan hipertensi itu harus minum obat seumur hidup. Banyak pasien tidak memahami obat yang diberikan. Ada lansia yang kontrol, tapi kesehatan dia tidak mengalami perbaikan. Padahal dia sudah belasan tahun berobat. Akhirnya, kami melakukan kunjungan ke rumahnya (home visit), ternyata obat tidak diminum," kata Kepala UPT Puskesmas Talagabodas, dr Siska Gerfianti, pada Sabtu (10/12/2016).

dr Siska menambahkan, lansia tersebut hanya menyimpan obat-obatan di toples. Ketika ditanya mengapa obat hanya disimpan di toples, jawabannya,"Tidak paham bagaimana obat bekerja." Disertai keluhan berupa pusing, lemas, dan keringatan.

"Dia jawab, minum obat ini jadi lemas, minum obat yang itu malah lemas. Akhirnya, obat tidak diminum sama sekali," lanjut dr Siska.

Uang berobat untuk cucu

Salah satu fenomena yang terjadi, para lansia baru memeriksakan diri tatkala rasa sakit makin parah. Walaupun gejala ringan diabetes melitus dan hipertensi dirasakan, pasien memilih mengabaikannya.

Mereka beranggapan, sakit ringan bilang hilang tanpa harus minum obat. Semua terkendala uang berobat.

"Daripada ke rumah sakit setiap bulan, lebih baik uang yang ada untuk cucu. Makanya, saat gejala kambuh, mereka baru berobat rumah sakit. Meski sudah berobat ke rumah sakit, mereka tetap tidak minum obat (diabetes) yang diberikan," kata dr Siska menjelaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini