Sukses

Trauma Gempa Aceh, Korban Bisa Alami Gangguan Mental

Warga yang menjadi korban gempa, seperti gempa aceh, bisa mengalami gangguan mental sesudahnya.

Liputan6.com, Selandia Baru Gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR) mengguncang sejumlah kabupaten di provinsi Aceh pada Rabu (7/12/2016) pagi. Teriakan warga dan kepanikan amat dirasakan warga. Meskipun goncangan gempa Aceh sudah mereda, efek psikologis berupa gangguan mental akan dirasakan warga, yang berada di area gempa terjadi.

Sebuah penelitian dari William S. Helton dan James Head di Selandia Baru mengemukakan, efek gempa bumi akan memengaruhi gangguan mental individu secara tak terduga. Bahkan ganggguan mental yang sampai bisa berakibat fatal.

"Pasca gempa, sadar atau tidak, orang-orang justru membuat lebih banyak kesalahan dari biasanya," kata William, yang diterbitkan dalam jurnal Human Factors.

Dilansir dari ABC News, Rabu (7/12/2016), studi membuktikan, gempa bumi dapat menurunkan kesehatan mental, baik orang yang merasakan gempa maupun korban. Contoh kasus yang diteliti, orang yang mengemudikan setelah gempa terjadi mengalami kecelakaan. Ada pula orang yang menjadi enggan mengemudi.

"Beberapa pengemudi yang terlibat dalam kecelakaan tersebut menderita "gangguan kognitif," jelas salah satu psikolog Selandia Baru, yang tidak disebutkan namanya.

Pengemudi kehilangan fokus saat mengemudi kendaraan. Selain itu, informasi gempa susulan makin membuat seseorang syok.

Ketakutan dan kecemasan membayangkan sesuatu terburuk yang mungkin akan terjadi. Dampak buruk jangka panjang bagi seseorang berupa stres tetap dirasakan. Mereka lebih depresi.

Dokumentasi Kondisi Gempa Aceh

"Orang-orang menanggapi stres secara berbeda. Mereka yang mengalami depresi berpeluang menjadi tipe orang yang konservatif (tidak mau berubah). Orang-orang seperti itu amat cemas untuk melakukan perubahan, kesehatan pun akan lama pulihnya," tulis James dalam studinya. 

Karena itu, alangkah baiknya setelah gempa Aceh, warga yang mengalami memeriksakan dan mengonsultasikan diri ke psikolog.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.