Terpaksa, Alasan Terbesar Wanita Mau Diajak Seks Anal

Liputan6.com, Jakarta Pria dan wanita punya pandangan yang berbeda terhadap seks anal. Di mata pria, seks melalui dubur merupakan wujud kesenangan dan ajang memamerkan kejantanan. Sementara wanita mendadak "merinding" setiap kali disinggung mengenai seks anal.

Pendapat itu merupakan hasil analisis para ilmuwan di Inggris yang ada di dalam jurnal medis BMJ Open. Dengan melibatkan 130 orang pria dan wanita heterokseksual berumur 16 dan 18 tahun dari sejumlah kota dan pinggiran kota di Inggris. Kemudian wawancara dilakukan guna mencari tahu tentang praktik seksual mereka.

Subjek pria seringkali menyatakan bahwa mereka ingin melakukan seks anal untuk meniru pornografi. Mereka juga beranggapan, seks anal lebih menyenangkan daripada seks biasa.

Sementara para wanita yang mau diajak melakukan seks anal, semata-mata hanya untuk menyenangkan pasangan mereka saja, tidak lebih.

Peneliti memahami bahwa cukup banyak wanita yang terpaksa melakukan seks anal. Sebab, rata-rata selalu berpikir, apabila menolak ajakan seks anal, sama saja telah menyakiti hati pasangannya.

Ditambah lagi adanya gagasan "jika kamu mencobanya, kamu akan menyukainya”, sering disebut para wanita sebagai taktik yang digunakan pria untuk meyakinkan mereka agar mau mencoba seks anal.

Melihat kenyataan ini, para peneliti menyayangkan paksaan yang harus dipenuhi para wanita tersebut. Banyak pria yang tidak menyadari bahwa penyakit infeksi menular seksual (IMS) dapat dengan mudah ditularkan melalui seks anal. 

Para peneliti pun mengatakan, penting untuk diingat bahwa pornografi bukanlah untuk pendidikan seks, dan apa yang Anda lihat di dalamnya seringkali tidak realistis. Apalagi, tidak semua wanita menyukai seks anal, sehingga pria tidak boleh memaksanya. 

“Beberapa wanita tidak menikmatinya (seks anal), jadi mereka tidak harus melakukannya. Selain itu, terlalu sering wanita hanya menuruti apa yang dikatakan pria hanya karena mereka ingin menyenangkan pasangannya,” kata terapi seks berlisensi, Christine Milrod PhD dikutip dari Womenshealthmag, Jumat (25/11/2016).