Sukses

Stres Bikin Sulit Kontrol Emosi

Mengalami stres ringan dalam kehidupan sehari-hari dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk menggunakan strategi pengendalian emosi.

Liputan6.com, Jakarta Mengalami stres ringan dalam kehidupan sehari-hari dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk menggunakan strategi pengendalian emosi, sebuah studi baru menunjukkan. Bahkan terapi tertentu yang mengajarkan orang untuk bisa mengatur emosi, seperti yang digunakan untuk mengobati kecemasan sosial, dan kondisi kejiwaan lainnya. Namun itu semua tidak bekerja dengan baik selama stres.

"Kami telah lama menduga bahwa stres dapat mengganggu kemampuan kita untuk mengendalikan emosi. Ini adalah studi pertama untuk mendokumentasikan stres ringan dapat melemahkan terapi yang dirancang untuk menjaga emosi. Dengan kata lain, apa yang Anda pelajari di klinik tidak mungkin relevan di dunia nyata ketika Anda stres," terang peneliti, Elizabeth Phelps, seorang profesor ilmu saraf di New York University.

Stres dan pengendalian emosi

Orang biasa menggunakan pikiran untuk mengubah emosi mereka, teknik ini disebut regulasi emosi kognitif, yang biasa diajarkan kepada orang yang sedang terapi. Misalnya, orang yang mengembangkan kecemasan dalam situasi sosial akan diminta untuk mengubah cara mereka berpikir tentang pihak lain. Sehingga mereka berada dalam cahaya dan memiliki respon emosional yang berbeda, kata Phelps.

Dalam studi baru, 78 peserta diajak untuk melihat gambar ular dan laba-laba. Beberapa gambar dipasangkan dengan sengatan listrik, dan peserta akhirnya mengembangkan rasa takut dari foto-toto tersebut.

Selanjutnya para peserta diajarkan strategi terapi, seperti yang digunakan di klinik untuk mengurangi rasa takut yang disebabkan foto-foto tersebut, dilansir laman Livescience, Jumat (18/11/2016).

Keesokan harinya peserta secara acak ditunjuk untuk menempelkan tangan di dalam air es selama tiga menit, teknik yang digunakan dalam percobaan untuk menginduksi stres ringan. Namun mereka tidak menunjukkan pengurangan rasa takut dari sebelumnya.

Sedangkan mereka yang menempatkan tangan di air hangat, justru menunjukkan respon rasa takut berkurang ketika melihat gambar ular dan laba-laba. Ini menunjukkan bahwa peserta mampu menggunakan teknik yang mereka pelajari untuk mengendalikan emosi.

Efek pada otak

Para peneliti tahu bahwa upaya untuk berpikir tentang situasi secara berbeda serta mengatur emosi tergantung pada daerah otak yang disebut korteks prefrontal, kata Phelps.

Namun korteks prefrontal sangat sensitif terhadap stres. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa strategi kognitif tidak bekerja ketika seseorang sedang dilanda stres.

Ada cara mengatasi masalah ini. Ketika strategi kognitif-regulasi dipraktikkan sehingga mereka menjadi memiliki dua sifat. Dengan kata lain, semakin banyak strategi yang dipraktikan semakin mudah mengendalikan emosi ketika stres, lanjut Phelps.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini