Sukses

Kenali Seluk-beluk Alergi

Alergi merupakan suatu reaksi berlebih dari sistem pertahanan alami tubuh. Lalu, apa penyebabnya?

Liputan6.com, Jakarta Alergi bisa terjadi pada siapa saja. Sering kita temui seseorang alergi terhadap makanan, suhu udara, tungau debu. Jika sudah terpapar alergi ada yang hanya gatal-gatal hingga sesak napas.

Lalu apa itu alergi?

Alergi merupakan suatu reaksi berlebih dari sistem pertahanan alami tubuh. Hal ini membuat tubuh seseorang bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang lain.

Saat tubuh terpapar alergen (hal yang membuat seseorang alergi) ditandai dengan peningkatan kadar Imunoglobulin E (IgE). Pada saat alergen masuk, IgE memicu sel darah putih memproduksi zat–zat lain termasuk histamin yang menimbulkan gejala dan keluhan alergi.

Diagnosis alergi

Diagnosis alergi

Seorang teman, sudah enggan untuk bersih-bersih debu. Sejak kecil jika terpapar tungau debu, selang beberapa jam akan mengalami sesak napas. Ya, pengalaman empirisi bisa membuat seseorang mengetahui alergi atau tidak terhadap alergen.

Bila ingin valid, terdapat variasi tes untuk mendiagnosis kondisi alergi. Tes meliputi peletakan alergen pada kulit lalu melihat pembengkakan yang terjadi. Bisa juga melakukan tes darah untuk IgE spesifik alergen.

Bila hasil sudah keluar, maka harus dicocokkan dengan riwayat pasien. Ada banyak hasil tes positif alergi terhadap sesuatu namun bukan berarti dampaknya mudah terindikasi.

Gejala

Gejala

Saat terpapar alergen, orang yang memiliki alergi tersebut akan memperlihatkan gejala. Gejala tersebut bisa ringan hingga berat.

- Alergen tungau debu dan serbuk sari

Kebanyakan alergen seperti tungau debu dan serbuk sari bunga terbang bersama udara. Pada kasus ini, gejala timbul di tubuh yang terkena udara, seperti mata, hidung, dan paru-paru. Rhinitis alergi timbul seketika serta bisa menyebabkan iritasi pada hidung, bersin, gatal-gatal, dan mata merah.

Alergen yang terhirup dapat juga menyebabkan reaksi asma. Hal ini terjadi karena penyempitan cabang saluran paru-paru dan peningkatan cairan di paru-paru. Sehingga membuat napas pendek atau tersengal-sengal (dyspnea), batuk dan mengi (wheezing).

- Alergen makanan, obat, dan gigitan serangga

Reaksi alergi juga dapat timbul karena makanan, gigitan serangga, obat. Gejala-gejala alergi makanan termasuk nyeri abdomen, perut terasa penuh, muntah, diare, gatal-gatal, dan pembengkakan kulit .

Reaksi makanan jarang menyebabkan gangguan pernapasan. Sengatan serangga, antibiotik, dan obat tertentu dapat menyebabkan pendarahan di saluran pencernaan, sistem pernapasan, dan sistem peredaran darah.

Reaksi ini dapat tiba-tiba atau dapat tertunda. Hal ini seringkali membutuhkan injeksi epinefrin, kadang-kadang melalui alat EpiPen atau Twinject injeksi otomatis. Sifat dari anafilaksis adalah gejalanya tampaknya mudah dihilangkan, tetapi penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama.

Faktor risiko

Faktor risiko

Anda memiliki risiko tinggi memiliki alergi bila:

- Ada riwayat alergi pada keluarga

Bila ayah atau ibu Anda memiliki alergi tertentu, anak berisiko tinggi memiliki alergi. Namun jenis alergi bisa tidak selalu sama. Berikut risiko alergi dengan berkaca pada riwayat alergi orangtua:

1. Ayah dan ibu tidak memiliki riwayat alergi maka anak tetap dapat terkena alergi dengan tingkat risiko maksimal 15 persen.

2. Salah satu orangtua mengalami riwayat alergi, risiko anak alergi meningkat menjadi 20-40 persen.

3. Ayah dan ibu memiliki alergi, risiko anak mendapat alergi meningkat lagi menjadi 60-80 persen.

- Anak-anak

Anak-anak cenderung memiliki alergi dibandingkan orang dewasa. Semakin usia bertambah, biasanya alergi mereda.

- Punya asma dan alergi

Orang dengan asma memiliki risiko alergi. Selain itu, jika sudah memiliki satu alergi besar kemungkinan memiliki alergi lainnya.

Pengobatan

Orang yang memiliki alergi disarankan untuk menghindari alergen. Misalnya Seseorang yang alergi kepiting menghindari mengonsumsi makanan laut ini.

Bisa juga dokter akan meresepkan obat seperti kortikosteroid, antihistamin, dan dekongestan untuk mengurangi gejala-gejala. Tiap-tiap orang berbeda tentunya. Banyak dari obat-obatan ini dilakukan secara per oral, kecuali injeksi epinefrin, untuk mengobati reaksi anafilaksis.

Pencegahan

Pencegahan

Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah alergi:

1. Jaga kebersihan lingkungan. Hindari menumpuk aneka barang di dalam rumah sehingga membuat banyak debu. Kehadiran tungau debu merangsang timbulnya reaksi alergi. Pastikan juga selalu rutin membersihkan rumah.

2. Menjaga kebersihan diri. Perhatikan kebersihan diri dengan rutin mandi dan mengganti pakaian.

3. Hindari menggunakan pewangi ruangan atau parfum.

4. Pilih bahan kasur dan bantal dari busa bukan kapuk.

5. Gunakan seprai dari bahan katun dan cucilah seminggu sekali.

6. Pendingin udara (AC) dapat digunakan, tetapi tidak boleh terlalu dingin.

7. Perhatikan makanan maupun minuman serta obat yang menimbulkan reaksi alergi.

8. Konsultasikan dengan spesialis. Bila kondisi alergi berat, konsultasikan dengan dokter spesialis alergi-imunologi. Alergi yang muncul membutuhkan perawatan yang berbeda-beda pada orang dengan alergi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.