Sukses

Mengenal Anafilaksis, Reaksi Alergi yang Ancam Nyawa

Ada kondisi yang menyebabkan reaksi alergi fatal yang mengancam jiwa atau disebut anafilaksis.

Liputan6.com, Jakarta Alergi tak sebatas ruam atau gatal-gatal pada kulit. Ada kondisi yang menyebabkan reaksi alergi fatal yang mengancam jiwa atau disebut anafilaksis. Reaksi ini bisa menakutkan, mulai dari sulit bernapas, pingsan hingga meninggal.

Dokter anak, Rupal Christine Gupta, MD mengungkap beberapa hal seputar alergi parah atau anafilaksis, seperti dikutip Kids Health, Jumat (3/11/2016):

Tanda-tanda Anafilaksis

Anafilaksis dapat memicu gejala pada salah satu dari empat sistem tubuh ini:

- kulit
- sistem pencernaan
- sistem pernapasan
- sistem kardiovaskular
- kumpulan reaksi alergi, misalnya, gatal-gatal pada kulit bersamaan dengan sakit perut.

Tanda-tanda yang paling umum bahwa seseorang mungkin memiliki anafilaksis setelah terpapar alergen adalah:

- sulit bernafas
- sesak napas atau perasaan seperti tenggorokan atau saluran udara menutup
- suara serak atau kesulitan berbicara
- mengi
- hidung tersumbat atau batuk
- mual, sakit perut, atau muntah
- detak jantung cepat 
- gatal-gatal kulit, kesemutan, kemerahan, atau bengkak

 

Pengobatan cepat dibutuhkan

Anafilaksis membutuhkan perawatan segera karena kondisinya bisa lebih buruk. Ini sebabnya dokter memberikan epinefrin. Epinefrin bekerja dengan memasuki aliran darah dan bekerja dengan cepat mengatasi gejala alergi yang serius, seperti mengurangi pembengkakan dan meningkatkan tekanan darah.

Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan. Tapi jangan berpikir ada jarum besar yang menakutkan. Untuk anak-anak, biasanya dokter akan meresepkan injector auto--seukuran pena besar yang mudah bagi orang tua atau anak-anak untuk dibawa dan digunakan. 


Jika anak Anda menunjukkan tanda-tanda reaksi alergi yang serius:

Langkah 1

Beri epinefrin auto-injektor langsung. Jika Anda sendirian dengan anak Anda, memberikan obat ini pertama, kemudian telepon dokter. 

Langkah 2

Pada ruang gawat darurat, pengobatan tambahan dapat diberikan, jika diperlukan. Juga, anak perlu berada di bawah pengawasan medis selama minimal 4 jam karena dia bisa mengalami gejala serius gelombang kedua (disebut reaksi biphasic)yang sering terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.