Sukses

30 Ribu Tanaman Ini Berpotensi Sebagai Bahan Baku Obat Modern

Diperkirakan sebanyak 95 persen bahan baku obat yang dibutuhkan di Indonesia masih impor.

Liputan6.com, Jakarta Diperkirakan sebanyak 95 persen bahan baku obat yang dibutuhkan di Indonesia masih impor. Padahal negara ini memiliki 30 ribu spesies kekayaan sumber daya hayati yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai obat modern berbahan alam. Bahkan keberadaannya saat ini mulai jadi incaran negara lain.

Prof. Dr. Ing Wardiman Djojonegoro, Ketua Pengurus Yayasan SDM IPTEK The Habibie Center, pun mengatakan bahwa dalam bidang farmasi, Indonesia harus melakukan riset dan penelitian jika ingin setara dengan negara lain yang lebuh maju.

"Seperti di Jepang dan Cina untuk penelitian itu 50 banding 50. Pemerintah 50 dan swasta 50. Sedangkan kenapa di Indonesia belum bisa begitu? Karena prinsip dari link & match belum dilakukan di Indonesia," ungkapnya.

Link and match sendiri adalah usaha untuk mengkaitkan pendidikan dengan dunia kerja. Di mana relevansi pendidikan dengan dunia luar ini merupakan salah satu syarat untuk berhasilnya reformasi pendidikan, agar siswa lulusan dunia pendidikan bermutu dan mempunyai keahlian juga kompetensi yang diperlukan sebagai bekal hidup ke depan.

Apalagi untuk urusan farmasi seperti ini, lanjut Prof. Wardiman, basic research dan blind researchnya belum banyak dikembangkan dalam skala industri farmasi di Indonesia. Alhasil Indonesia masih membeli bahan baku impor untuk diracik di sini.

Namun berbeda dengan Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) sebuah organisasi scientific dalam bidang penemuan, pengembangan, dan produksi produk farmasi berbasis bahan alami dan organik, yang berani mengambil langkah untuk menciptakan obat-obat kebutuhan masyarakat Indonesia dengan memanfaatkan kekayaan makhluk hidup.

"DLBS hanya mengerjakan tanaman Indonesia. Karena tanaman Indonesia memang betul sangat kaya. Misalnya mahkota dewa, tergantung cara kita membuat ekstraknya, tergantung dominasi fraksinya cocok untuk mengobati apa," kata Raymond Tjandrawinata, Ph.D, MBA, FRSC, Direktur Eksekutif Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences DLBS, dalam acara "Inovasi Teknologi dan Riset Sektor Farmasi, Percepat Swasembada Obat" di Cikarang, Jawa Barat, Kamis (27/10/2016).

DLBS sendiri menggunakan 2 ribu jenis tanaman untuk membuat beragam obat jenis penyakit dalam dan penyakit tidak menular. Terdapat macam-macam jenis obat herbal yang diproduksi oleh DLBS, diantaranya adalah obat yang berasal dari Zingiber Officinale atau jahe yang diekstraksi untuk meredakan kembung dan mual.

Penggunaan jahe juga ditemukan dalam obat pereda batuk dan sakit tenggorokan yang dicampur dengan daun saga serta buah mahkota dewa yang diproses melalui teknologi modern.

DLBS juga berhasil mengembangkan jenis tanaman Lagerstroemia speciosa dan cinnamomum burmannii yang bekerja untuk meningkatkan sensitivitas asupan glukosa, insulin, dan lipoprotein bagi pasien diabetes tipe 2.

Bahkan mahkota dewa yang memiliki fraksi Phaleria macrocarpa juga dikembangkan untuk mengobati kanker payudara dan meredakan nyeri yang muncul saat premenstrual syndrome juga selama menstruasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.