Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Wanita Transgender Ini Tetap Bisa Hamil Meski Sudah Jadi Pria

Cerita perjuangan Evan, wanita menjelma pria yang baru saja dikaruniai seorang bayi.

Liputan6.com, Jakarta Seorang transgender wanita menjelma pria bernama Evan (35) berhasil melahirkan anak pertamanya pada musim semi kemarin.

Evan mendapatkan bantuan dari seorang ahli endokrinologi di Boston bernama Dr Kowalik. Evan yang terlahir perempuan memutuskan untuk menjadi transgender 16 tahun lalu.

Ia lalu berkonsultasi dengan Dr Kowalik selama lebih dari enam bulan agar dirinya tetap bisa hamil karena memiliki pasangan yang juga perempuan.

Evan sebelumnya sempat hamil hingga usia kandungan empat bulan namun kemudian keguguran. Dokter memberitahukan bahwa tidak ditemukan detak jantung pada si jabang bayi selama USG pertama.

Evan akhirnya berhasil dan secara resmi dinyatakan positif hamil kembali. Menanggapi kabar baik tersebut,  Dr Kowalik langsung meresepkan pil agar dia selalu sehat selama hamil.

Dr Kowalik menilai kandungan zat progesteron, hormon yang membantu menjaga kandungan tetap sehat pada tubuh Evan tergolong rendah.

Mendengar Evan positif hamil untuk kedua kali, sang kakak turut bahagia. Namun, kekhawatiran tetap melintas di kepala sang kakak. Meski pernikahan sejenis di telah dilegalkan oleh pemerintah Amerika Serikat dan keberadaan kaum transgender sudah mulai diakui, perubahan kondisi ini masih belum sepenuhnya bisa diterima masyarakat. Terjadi peningkatan angka kekerasan terhadap kaum transgender.

Melansir laman Time, Minggu (4/9/2016), selama iniEvan tidak pernah cerita apa pun tentang keputusannya menjadi transgender. Sampai pada tahun 2003, ia memutuskan untuk terbuka dengan sang kakak dan menjelaskan kepadanya bahwa saat itu sedang menjalani serangkaian prosedur suntik hormon.

Sang kakak akhirnya melihat langsung perubahan pada tubuh Evan. Melihat Evan mengikat dadanya dengan perban tebal, rambut menipis, pinggul menghilang, kemudian pembentukan otot-otot tebal pada bagian dada. Hanya satu yang tidak berubah, tangan kecil Evan yang masih sama.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Butuh waktu

Butuh waktu lama untuk menerima Evan sebagai sosok yang baru. Evan tampak begitu aneh di mata saudara kandungnya di tahun-tahun pertama. Ia bagaikan pria kemayu lantaran memiliki tubuh yang tegap, badan yang kekar, dan perawakan yang memang 'cowok' banget. Sesekali Evan digoda oleh sang kakak dengan pertanyaan menggelitik, kapan ia akan mengubah alat kelaminnya.

"Jessi," katanya sambil mengangkat alis kanannya. Penanda jangan pernah membahas mengenai vagina di depan bibi mereka.

Dunia telah mengenal Evan sebagai seorang pria selama hampir belasan tahun. Sang kakak tahu betul bagaimana Evan merasa gugup berdekatan dengan orang-orang yang menganggap dia cowok tanpa mengetahui bahwa ia seorang transgender. Kini Evan lebih santai meski pandangan media melihatnya sebagai transgender. Ia tahu dunia menganggapnya cowok tulen.

Tiga belas tahun kemudian Evan telah berubah. Evan yang sekarang telah berubah menjadi pria dengan tinggi badan sedang, tegap, dan agak kekar.

Ia sering menyuntikkan hormon testosteron di bagian paha dalam kurun waktu belasan tahun terakhir. Berhubung alergi antibiotik, ia memutuskan untuk tidak menjalani operasi tubuh bagian atas yang umumnya dilakukan pria transgender.

Evan bahkan memesan baju khusus yang bisa membuat dia seolah-olah dapat menyusui anak-anaknya.

"Ini menyakitkan tapi aku sudah terbiasa untuk itu," kata Evan. "Saya membayangkan itu seperti para perempuan membiasakan diri mengenakan sepatu hak tinggi," ujar dia menambahkan.

Di tahun yang sama, Evan diketahui mulai rutin bertemu dengan dokter yang biasa menangani kaum LGBT dengan keinginan punya anak. Keinginannya sangat kuat sampai membuatnya rajin membaca banyak artikel terkait kehamilan pada kaum transgender.

3 dari 5 halaman

Tak ada perbedaan

Salah satu makalah medis yang ditulis Dr Juno Obedin-Maliver dari University of California, San Fransisco dan Dr Harvey Makadon dari Harvard Medical School pada 2015 menyebut bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kehamilan wanita dan transgender seperti Evan. Mereka menjelaskan testosteron tidak selalu menjadi penghalang untuk hamil.

Evan harus melakukan inseminasi sperma donor lantaran memiliki pasangan seorang wanita. Ia sebelumnya sempat gagal pada percobaan pertama yaitu sekitar lima tahun lalu. Kemudian akhirnya berhasil saat Evan memulai untuk hamil lagi sekitar tiga tahun lalu.

Dr Kowalik menyuruh Evan berhenti menyuntikkan hormon testosteron, lalu meresepkan dua obat untuk memicu ovulasi. Dr.Kowalik terus memantau selama proses itu berlangsung untuk mendapatkan waktu yang tepat untuk hamil.

Evan diperkirakan telah menggelontorkan uang sebesar US$12.000 (Rp159 juta) selama beberapa tahun untuk biaya obat-obatan, kunjungan dokter, USG ultrasound agar bisa cepat memiliki anak.

Jika inseminasi tidak bekerja, pria transgender seperti Evan bisa mencoba beralih ke opsi lain seperti, fertilasi in vitro (IVF). Namun, biaya yang harus dikeluarkan adalah US$12.400 (Rp164 juta) dan harus sering.

Evan juga diketahui bergabung ke dalam banyak grup yang kerap membahas cara agar terhindar dari stres ketika seorang transgender memiliki anak. Salah satu orang anggota yang sama seperti Evan mengatakan sempat ingin bunuh diri di bulan-bulan awak kehamilan.

Layaknya seorang wanita yang sedang hamil, Evan juga mengidam dan mengalami kondisi-kondisi yang membuatnya muntah terus-menerus. Menurut sang kakak, Evan hanya mau makan es, sup, dan telur rebus.

Apabila sebelum hamil Evan bisa kerja setiap hari, pulang ke rumah hanya sekadar "numpang tidur", dan bisa membalas semua surel yang masuk, semua berubah 360 derajat begitu ia positif hamil. Ia akan tidur di mana saja selama memang mengantuk.

4 dari 5 halaman

Berkata jujur tentang kehamilan dengan bos

Evan selama ini menyembunyikan tentang kehamilan dan masalah-masalahnya. Sampai pada bulan November 2015 lalu, bosnya mengirim pesan singkat berisikan pertanyaan seperti mengapa sering mengulur-ulur waktu. Sang kakak lalu menyarankan agar Evan mulai terbuka dan memberitahu yang sebenarnya.

Evan menerima saran dari sang kakak. Ia pun bikin janji dengan HRD di kantornya. Evan menghadap HRD dengan pakaian pria lengkap. Kemeja lengan panjang, celana panjang, dan dasi. Evan berusaha tenang padahal ia muntah-muntah hebat sebelum menghadap HRD.

"Saya transgender, yang pasti Anda sendiri tahu dari dokumen kesehatan saya," kata Evan memulai pembicaraan. HRD mengangguk, menandakan ia tidak terganggu akan kehadiran Evan. Melihat kondisi itu Evan lalu jujur bahwa saat ini sedang hamil.

Sesaat berlalu, senyum di wajah 'datarnya' merekah. "Nah, ini yang tidak terduga, tapi itu bagus," kata HRD tersebut. Suasana tegang berubah cair dan HRD bercerita bagaimana serunya mengurus dua gadis kecil yang menjadi kado terindah untuknya. HRD itu tidak sungkan menceritakan hal-hal normal yang umum terjadi pada orangtua baru.

5 dari 5 halaman

Evan akhirnya melahirkan

Sang kakak menceritakan kesulitan yang dialami suster saat akan mengisi biodata Evan. Mana mungkin ia memberi tanda benar di kotak untuk jenis kelamin pria sementara ia akan melahirkan. Namun, semua itu dapat diatasi setelah diberi banyak pemahaman.

Masih sulit mempercayai Evan, yang terlihat sebagai sosok pria, dapat melahirkan seorang anak. Itu terus yang membayangi sang kakak selama menempuh perjalanan ke Boston untuk bertemu dengan keponakannya.

"Saat kami masuk, Evan berpakaian piyama bersama sosok bayi mungil yang tertidur pulas di sampingnya. Evan lalu menyerahkan keponakan saya, dan saya melihat bayi itu menjerit. Mulutnya mencari-cari lengan saya. Tak lama saya menyerahkan kembali bayi itu ke Evan," kata sang kakak.

Sebagai kakak tentu masih menyimpan ketakutan jika kelak keponakannya bertanya tentang jenis kelamin ibunya.

Evan menegaskan bahwa dia tidak pernah takut untuk menjelaskan semua kondisinya ke anaknya itu. Yang membuat situasi tampak lucu saat Evan menyusui anaknya. Di satu sisi Evan terlihat macho, di sisi lain terlihat aura keibuan yang terpancar dari tubuh Evan.

Evan akan kembali menjalani suntik testosteron. Ia akan menumbuhkan jenggot dan bulu-bulu lainnya. Belum lagi dadanya menyusut dan harus segera "diperbaiki".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini