Sukses

Ironis, Rokok Murah Tapi Penyakitnya Mahal

Harga rokok yang tergolong murah menyebabkan beragam penyakit mahal yang merugikan tubuh manusia.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan tak berhenti berupaya untuk menggalakkan kampanye bahaya merokok kepada seluruh masyarakat Indonesia. Sebab Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah prevalensi perokok aktif tertinggi di dunia.Khususnya 67 persen perokok di Indonesia adalah pria, namun tak sedikit juga wanita dan remaja belasan tahun yang terlanjur terbuai dengan rokok.

Harga rokok di Indonesia yang masih tergolong murah menjadi penyebab utama dari meningkatnya perilaku merokok. Ironisnya, hal ini berdampak besar terhadap lini kesehatan di Indonesia. Bukan hal tabu lagi bahwa efek dari rokok berakibat pada masalah kesehatan seperti beragam kanker, stroke, penyakit jantung, infeksi hidung, hingga berimbas pada efek reproduksi wanita juga pria seperti impoten.

Ironisnya, para pecandu rokok menyadari hal tersebut namun sukar untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Dalam Acara Peluncuran Iklan Rokok Layanan Masyarakat dan Talk Show di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jumat (2/9/2016), DR. Abdillah Ahsan, M.Se, Wakil Kepala Lembaga Demografis Universitas Indonesia, yang peduli akan bahaya rokok mengatakan, "Penyakit yang terkait dengan rokok itu adalah penyakit mahal."

Abdillah melanjutkan, akibat rokok yang berdampak pada penyakit mahal seperti kanker, jantung, dan stroke itu turut merugikan sektor Jaminan Kesehatan Nasional akibat klaim penyakit tersebut yang sangat mahal.

"Penyakit yang mahal itu sangat membebani klaim. BPJS saja sudah defisit 6 triliun akibat ini," katanya.

Abdillah juga mengatakan, akibat rokok banyak orang di bawah usia 50 tahun sudah terserang stroke dan kanker. Berdasarkan The Tobacco Atlas tahun 2015, setiap tahunnya lebih dari 217,400 orang di Indonesia meninggal akibat tembakau.

Dalam peluncuran iklan layanan masyarakat terbaru ini Kemenkes berharap masyarakat dapat berhenti merokok agar terhindar dari risiko penyakit mahal tersebut.

"Dengan berhenti merokok akan sangat berkurang risiko terserang jantung dan penyakit lainnya--apalagi dengan menjalankan healthy lifestyle, makan teratur dan aktivitas fisik rutin," tuntas Abdillah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini