Sukses

Singapura Diserang Zika, Indonesia Harus Waspada

Mengingat letak Singapura berdekatan dengan Indonesia, pemerintah Indonesia diminta waspada terhadap serangan Zika.

Liputan6.com, Jakarta Virus Zika mulai menyerang negara Singapura. Mengingat negara tersebut berdekatan dengan Indonesia, pemerintah Indonesia diminta waspada karena virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini bisa menyerang warga.

Pakar di bidang virus Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Surachmi Setyaningsih mengatakan, dengan terdeteksinya virus Zika di Singapura, Indonesia harus waspada karena potensi penularannya sangat tinggi mengingat wilayah Singapura dengan Indonesia sangat berdekatan.

"Di Indonesia nyamuk Aedes aegypti-nya ada, lingkungan mendukung dan kepedulian masyarakatnya juga kurang. Ini adalah faktor risiko yang kami anggap penting. Harus digarap serius dan tidak bisa parsial," ujar Surachmi, Kamis (1/9/2016) sore.

Ia menambahkan, saat ini Singapura sudah melaporkan adanya serangan virus Zika pada manusia. Isu berkembang bahwa virus ini kemungkinan ada hubungan dengan bayi yang akan dilahirkan, mereka mendeteksi walaupun gejalanya ringan seperti demam, mata merah, bercak merah seperti demam berdarah.

"Singapura dengan kita kan dekat, saya kira nyamuknya tidak berbeda jauh spesiesnya dengan kita. Mereka yang sanitasinya bagus bisa tertular, apalagi kita. Maka itu kita harus siap dan tingkatkan kewaspadaan," imbuhnya.

Menurutnya, Indonesia berpotensi terhadap penyebaran virus Zika karena kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya masih sangat rendah. Hal ini tentu sangat mudah berkembang biaknya nyamuk itu.

"Selama ini masyarakat sudah tahu bahwa mereka menyediakan air yang bisa menjadi tempat berkembang biak Aedes aegypti. Namun kepedulian terhadap lingkungannya sangat rendah sekali," terangnya.

Prof. Dr. Upik Kesumawati, pakar di bidang nyamuk FKH IPB menambahkan, hasil pengamatan jentik di beberapa daerah di Bogor menunjukkan angka bebas jentik masih jauh dari standar pemerintah. Rata-rata baru mencapai 17-18 persen.

Hasil penelitian menunjukkan, Aedes aegypti adalah nyamuk yang tangguh, tidak hanya mampu bertelur di tempat yang jernih, tapi juga bisa bertelur di air yang berpolusi dan nyamuk ini juga mudah beradaptasi dengan lingkungan.

Aedes aegypti yang dianggap nyamuk siang hari ternyata hasil riset juga menemukan bahwa nyamuk ini ada pada malam hari.

"Ini adalah perubahan perilaku adaptif dari Aedes aegypti," kata dia.

Menurut Upik, vektor nyamuk Aedes aegypti dapat dikendalikan dengan cara mengubur, menguras dan menghilangkan wadah yang mengandung air. Ia juga menyarankan agar membersihkan tempat penampungan air minimal seminggu sekali dan gosok hingga bersih karena telur Aedes aegypti menempel di dinding wadah.

"Istimewanya telur Aedes aegypti bisa bertahan hidup walaupun tidak ada air. Telurnya tahan kering, begitu ada air hujan dia berkembang lagi. Beda dengan nyamuk lain kalau tidak ada air akan mati. Intinya adalah menutup wadah air," pungkasnya.

(Achmad Sudarno)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.