Sukses

Asia Tenggara Tingkatkan Kewaspadaan terhadap Virus Zika

Sebagai pusat pelancongan antarbangsa, Singapura memastikan 41 penularan lokal virus itu

Liputan6.com, Jakarta Penyebaran virus Zika di wilayah tropika Asia Tenggara diduga tidak semua dilaporkan karena dinas kesehatan setempat tidak melakukan pemantauan mencukupi, kata pakar kawasan, Senin.

Sebagai pusat pelancongan antarbangsa, Singapura memastikan 41 penularan lokal virus itu, yang dibawa nyamuk, pada Minggu, dan mengatakan bahwa mereka mengantisipasi peningkatan kekhawatiran mengenai kecepatan virus tersebut menyebar ke seluruh kawasan.

Sebagian kawasan lain di Asia Tenggara melaporkan puluhan penderita Zika, yang di Brasil dikaitkan dengan ribuan penderita diduga mikrosefali, cacat lahir langka, namun ada kekhawatiran bahwa jumlah pendeita sebenarnya ditutupi.

"Zika kurang dilaporkan dan kurang terdiagnosa," kata Khin Myint, kepala bagian penelitian virus pada Institut Eijkman Indonesia, yang didanai pemerintah.

"Kami menemukan banyak kasus tidak dibawa ke rumah sakit karena ini penyakit yang relatif ringan dengan gejala ringan dan masyarakat tidak pergi ke dokter," katanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan Indonesia, Thailand, Filipina, dan Vietnam ke dalam daftar negara-negara dengan "kemungkinan penularan endemis atau bukti infeksi Zika lewat nyamuk setempat pada 2016".

Namun, Institut Eijkman, yang berada di Jakarta dan menjadi lembaga utama penguji Zika di Indonesia, mengatakan hanya menguji 1.000 orang pada 2015, jumlah sangat kecil bagi negara terpadat di Asia Tenggara itu.

Lembaga itu hanya menemukan satu kasus positif, meskipun ada laporan bahwa Zika memiliki prevalensi tinggi di negara itu.

Thailand mencatat jumlah kasus tertinggi di kawasan itu dengan 100 orang terinfeksi di 10 provinsi pada 2016.

"Survei Thailand tidak cukup mendalam," kata Kriengsak Limkittikul, asisten profesor pada Fakultas Kedokteran Tropis pada Universitas Mahidol di Bangkok, dan menekankan bahwa orang yang tanpa gejala seringkali tidak diuji.

"Penyaringan di negara-negara lain di kawasan itu tidak mencukupi, dimana otoritas kesehatan tidak memiliki peralatan mencukupi untuk tes," katanya.

Vietnam mencatat tiga kasus infeksi Zika, semuanya ditularkan secara lokal, sementara Kamboja melaporkan tujuh kasus.

Hongkong memastikan penderita pertama Zika pada Jumat pada seorang perempuan, yang diduga baru bepergian ke Karibia.

Kesulitan utama adalah meski Zika bisa menyebabkan demam ringan, ruam dan mata merah, sekitar 80 persen pasien terinfeksi tidak menunjukkan gejala.

Tidak ada vaksin atau pengobatan untuk Zika, yang merupakan kerabat dekat demam berdarah dan chikungunya, dan ditularkan lewat nyamuk.

Dilaporkan juga sejumlah kecil kasus penularan secara seksual di Amerika Serikat dan beberapa negara lain.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tanggapan

Tanggapan

Beberapa negara di kawasan itu mulai meningkatkan langkah pencegahan menyusul wabah di Singapura.

Pejabat senior Kementerian Kesehatan Indonesia Muhamad Subuh mengatakan pihak berwenang "dalam proses meningkatkan pengecekan kesehatan di bandara-bandara dan pelabuhan utama, termasuk di Batam," pulau terdekat dengan Singapura.

Indonesia akhir pekan ini melakukan pemantau suhu badan di bandara dengan target kedatangan dari Singapura, dan berencana untuk melakukannya juga di pelabuhan.

Pihak berwenang juga memberikan edaran peringatan kepada semua penumpang yang datang, bahwa Zika memiliki masa inkubasi sekitar 10 hari sebelum menunjukkan gejala.

Menteri Kesehatan Malaysia Subramaniam Sathasivam mengatakan pengunjung ke Johor Bahru, dimana lebih dari 200 ribu orang setiap hari berulang-alik dari dan ke Singapura, akan melalui pemeriksaan suhu badan di pos pemeriksaan perbatasan.

Mereka yang melintas dengan kendaraan pribadi tidak akan diperiksa namun diberi selebaran yang merinci gejalanya dan meminta mereka melaporkan diri ke pihak berwenang jika mengalami gejala-gejala tersebut.

Malaysia juga meningkatkan mekanisme pengendalian vektor termasuk dengan penyemprotan dan pemberian pestisida pembunuh larva nyamuk di Johor Baru.

"Apa yang bisa kami lakukan sebagai negara adalah bagaimana kita mengendalikan vektor, dan pada saat ini, demam berdarah masih merupakan masalah yang lebih besar daripada Zika karena orang bisa mati akibat demam berdarah," kata Subramaniam.

Negara lain tidak begitu cepat memberikan tanggapan.

Di Thailand, Departemen Pengendalian Penyakit mengatakan mereka memeriksa atlet yang kembali dari Olimpiade di Brasil, namun tidak mengubah metode pencegahannya. Vietnam dan Kamboja tidak membuat perubahan segera terhadap pengawasan perbatasan mereka.

"Beda negara memiliki situasi ekonomi dan politik yang berbeda dan bukan berarti mereka tidak mau memantau virus, namun mereka tidak memiliki sumberdaya dan kapasitas untuk melakukannya pada tahap ini," kata Jasper Fuk-Woo Chan, asisten profesor pada Pusat Infeksi Carol Yu, Universitas Hongkong.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.