Sukses

Penyediaan Obat bagi Pasien JKN Masih Terabaikan

Liputan6.com, Jakarta Kurangnya stok obat di fasilitas layanan kesehatan menjadi salah satu kendala yang sering dikeluhkan dalam pelayanan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Imbasnya, pasien yang sudah membayar iuran program JKN dan berhak mendapatkan obat justru terabaikan akibat tak tersedianya obat.

"Kami melihat masih adanya kurang transparan antara pemerintah dan pelaku industri dalam sistem pengadaan obat di program JKN ini," kata Parulian Simanjuntak, Direktur Eksekutif IPMG, dalam Diskusi Evaluasi JKN: Pengadaan Obat JKN Masalah dan Solusi, di Hotel Royal Kuningan, Jumat (26/8/2016).

Proses pengadaan obat secara lelang atau tender, rupanya menjadi penyebab penyediaan obat di fasilitas layanan kesehatan pemerintah tidak memadai. Prof.Dr. Hasbullah Thabrany, pakar ekonomi kesehatan dan Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, mengatakan, "Sumber keluhan terletak pada kesenjangan informasi antara kebutuhan dan keinginan pasien maupun dokter hingga kendala pada proses tender."

Menurut Hasbullah, ketika rumah sakit tidak mampu menyediakan obat yang dibutuhkan, pasien terpaksa harus membeli obat di luar. Ujung-ujungnya hal ini merugikan dan pasien menjadi korban.

"Belum lagi dalam tender, disinyalir perusahaan abal-abal ikut tender dan banyak rumah sakit yang mengeluhkan karena di tengah jalan perusahaan tersebut tidak mampu mencukupi kebutuhan obat," ungkap Prof Hasbullah.

Dalam paparannya Hasbullah menyampaikan sejumlah rekomendasi untuk perbaikan JKN ke depan, "Pertama, seleksi obat yang dilakukan harus menilai tidak hanya dari harga yang terendah, namun juga kriteria lain seperti komitmen penyedia di tahun sebelumnya, dan kualitas obat sehingga dapat menghasilkan penyedia yang berkualitas."

Hasbullah turut menyampaikan dalam persaingan obat harus dijalankan secara sehat dan transparan juga harga pasar harus sebanding dengan permintaan.

"Perusahaan asing atau dalam negeri juga menurut saya tidak terlalu penting. Yang penting semua pasien dapat obat yg terbaik," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini