Sukses

Pria Gemuk Cenderung Murah Hati

Liputan6.com, Jakarta Dalam film kartun, sering digambarkan karakter yang serakah, dengan sosok yang gemuk dan kelebihan berat badan. Tapi hasil penelitian terbaru para ahli justru menunjukkan sebaliknya. Menurut penelitian, pria gemuk cenderung murah hati dan dermawan dibanding pria ramping, dilansir Medical Daily, Rabu (24/8/2016).

Menurut hasil penelitian, kadar gula darah pada seseorang dengan berat badan rendah cenderung memiliki sifat egois yang lebih tinggi. Dalam situasi di mana orang harus membuat keputusan ekonomi, pria ramping membuat keputusan yang lebih adil dibandingkan pria gemuk dan memberikan uang mereka 16 persen lebih sedikit dibanding pria gemuk.

Menariknya, perilaku mencari risiko tidak berbeda antara laki-laki kurus dan gemuk. Para peneliti menyimpulkan bahwa kesenjangan dalam kemurahan hati antara laki-laki dari ukuran tubuh yang berbeda dapat dijelaskan oleh perbedaan konsentrasi glukosa darah.

Untuk penelitian ini, para ahli dari Jerman telah memilih 20 pria ramping dan 20 pria berat untuk melakukan tes tentang kepercayaan, dan permainan risiko untuk mengukur bakat mereka dalam setiap karakteristik. Sementara kadar gula darah rendah mempengaruhi perilaku kedua kelompok, membuat mereka lebih cenderung untuk mendukung kepentingan diri sendiri dan kurang percaya, efek ini pada pria gemuk kurang tampak.

"Data kami menunjukkan bahwa pengambilan keputusan ekonomi dipengaruhi oleh dua hal, berat badan peserta, dan konsentrasi glukosa darah," ujar salah seorang ahli.

Berat badan dan gula darah bukan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi kemurahan hati. Baru-baru ini, sebuah studi dari Michigan State University dan New York University menemukan hubungan antara kerendahan hati dan kemurahan hati. Menurut penelitian, orang-orang yang percaya bahwa mereka adalah individu dengan status yang tinggi kurang amal kepada orang lain, tetapi hanya jika mereka merasa benar-benar layak status mereka.

"Efek dari status sosial pada kemurahan hati bergantung pada jasa, yang berarti bahwa orang berpangkat tinggi tidak selalu berperilaku egois, seperti yang ditunjukkan dalam sejumlah besar penelitian. Tapi memang apakah mereka peduli atau tidak, akan posisi mereka," kata penulis utama studi Nicholas Hays, asisten profesor manajemen di Michigan State University, dalam sebuah pernyataan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.