Sukses

Terungkap, Pria Penyuka Sesama Jenis Bisa Diketahui Lewat Mata

Apakah Anda seorang pria gay ataupun heteroseksual, semuanya bisa dilihat dari mata.

Liputan6.com, Jakarta- Apakah Anda seorang pria gay ataupun heteroseksual, semuanya bisa dilihat dari mata. Ilmuwan dari Cornell University menemukan teori tersebut.

Livescience, Selasa (15/8/2016) melaporkan, pelebaran pupil merupakan indikator akurat orientasi seksual. Ketika orang melihat gambar erotis dan menjadi terangsang, mata peserta terbuka dalam reaksi bawah sadar yang dapat digunakan untuk mempelajari orientasi dan gairah tanpa pengukuran genital invasif.

"Jadi jika seorang pria mengatakan dia lurus (menyukai wanita), matanya melebar terhadap wanita," peneliti, seorang psikolog perkembangan di Cornell University, Ritch Savin-Williams.

Dan sebaliknya dengan laki-laki gay, mata mereka melebar ketika melihat laki-laki. Mata, kata dia, merupakan tanda bahwa sistem saraf otonom--saraf yang bekerja tanpa disadari atau tanpa perintah sistem saraf pusat, seperti pernapasan, detak jantung, gairah seksual.

Para peneliti ini pun lantas mempelajari gairah dan orientasi seksual dengan meminta relawan untuk menonton film erotis atau instrumen yang mengukur aliran darah ke alat kelamin.

Dengan merekrut 165 pria dan 160 wanita, termasuk gay, pria normal dan biseksual. Para sukarelawan ini menyaksikan secara terpisah video satu menit masturbasi pria, masturbasi wanita dan adegan lanskap netral. Sebuah kamera kemudian menangkap gambar dan mengukur perubahan kecil ukuran pupil.

Hasil penelitian menunjukkan, pelebaran pupil cocok dengan pola yang terlihat dalam studi gairah genital. Pada pria normal, mereka menanggapi gambar seksual perempuan, dan laki-laki gay menanggapi gambar seksual pria serta biseksual merespon baik laki-laki dan perempuan.

Yang menarik, pada wanita, hal-hal ini lebih kompleks, kata Savin-Williams. Perempuan dengan kecenderungan penyuka sesama jenis (lesbi) mengalami pelebaran pupil saat melihat mata lain. Namun pupil mereka juga membesar saat menanggapi gambar erotis dari kedua jenis kelamin.

"Satu teori adalah, karena perempuan telah beresiko diperkosa sepanjang sejarah, mereka berevolusi untuk menanggapi dengan pelumasan untuk setiap stimulus seksual, tidak peduli seberapa menarik orang tersebut. Penemuan ini menyatakan, perempuan yang melakukannya (lesbi) cenderung pernah mengalami trauma atau infeksi setelah serangan seksual sehingga kemungkinan mereka bisa bertahan dengan penyimpangan seksual," ujar Savin-Williams.

Para peneliti secara rinci mempublikasikan penemuan ini di jurnal PLoS ONE. Langkah selanjutnya, Savin-Williams akan menguji alat genital pada pola yang sama.

"Metode ini bahkan bisa digunakan untuk membantu orang-orang yang bingung terhadap seksualitas mereka melalui keinginan mereka," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini