Sukses

Kapan Orangtua Perlu Khawatir bila si Kecil Pemalu?

Ahli mengungkapkan, anak pemalu itu normal. Namun ada kalanya Anda perlu khawatir

Liputan6.com, Jakarta Apakah anak Anda sosok yang pemalu? Ahli mengungkapkan, sebenarnya hal itu normal. Namun ada kalanya Anda perlu khawatir bila dia menjadi anti-sosial.

Seperti disampaikan dosen psikologi di University of Melbourne, Heidi Gazelle, anak pemalu sangat rentan dijadikan korban bully. Hal ini karena perilaku mereka yang cenderung selalu ingin menempel pada orangtua. 

"Ketika anak enggan untuk berinteraksi dengan orang lain dan sering bermain sendiri dengan anak-anak seusianya, mungkin Anda perlu berkonsultasi pada psikolog," ujar Gazelle, seperti dikutip Dailymail, Sabtu (30/7/2016).

Lagi, kata dia, orangtua juga perlu khawatir bila anak terus menunjukkan rasa malu dari waktu ke waktu. 

"Anak-anak perlu berinteraksi dengan teman sebayanya. Mereka perlu saling bermain, bercakap, menegosiasikan kegiatan bersama yang saling menyenangkan, serta mengekspresikan sudut pandang mereka dengan cara yang dapat diterima oleh orang lain. Jika dia terlalu pemalu, maka dia akan kehilangan kognisi sosial, keterampilan sosial dan kematangan pikiran dibandingkan anak-anak lain seusia mereka," kata Gazelle.

Meskipun rasa malu cenderung dialami anak laki dibandingkan perempuan, namun perlu diingat, anak-anak membutuhkan bantuan orang dewasa untuk menghentikan pengucilan dan korban oleh anak-anak lain.

"Jika anak tidak mau menghadiri pesta ulang tahun anak-anak lain atau sekolah, atau terlalu malu saat ada keluarga datang, mungkin Anda harus mempertimbangkan mencari bantuan dari seorang psikolog anak," katanya.

Di sisi lain, orangtua dapat mengatur tanggal bermain dan membantu anak bergabung dengan kegiatan ekstrakurikuler kelompok. Orangtua juga dapat berbicara dengan anak-anak tentang persahabatan mereka dan bertindak dengan simpatik.

"Jika seorang anak marah tentang masalah dengan temannya, orangtua dapat mendorong anak untuk mencoba menyelesaikan masalah dengan cara yang melindungi persahabatan, bukan mengakhiri persahabatan. Orangtua juga perlu mendorong anak untuk mengembangkan persahabatan lainnya," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini