Sukses

Waspadai 10 Penyebab Kematian Saat Liburan di Pantai

Beberapa hal berikut ini adalah penyebab kematian saat berlibur di pantai

Liputan6.com, Jakarta Berlibur di pantai atau laut seringkali menjadi pilihan kita untuk menghabiskan waktu libur. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan di pantai seperti berjemur, berenang, snorkling, selancar hingga menyelam. Beberapa hal berikut ini adalah penyebab kematian saat berlibur di pantai, seperti dikutip dari Livescience, Jumat (23/6/2016)

1. Heatstroke
Adalah kondisi yang dapat mengancam jiwa. Kondisi ini terjadi ketika badan kita gagal mengatur suhu tubuh dan suhu terus meningkat, bahkan mencapai 40 derajat celsius atau lebih tinggi. Tubuh bisanya secara otomatis akan mendingin dengan sendirinya lewat keluarnya keringat. Namun saat sistem kontrol kelebihan beban, maka pengunjung pantai dapat mengalami yang disebut heatstoke.

Seperti dilaporkan Centers for Diasease Control and Preventions (CDC), heatstroke terjadi ketika kelembaban tinggi, sehingga keringat tidak dapat menguap akibatnya tubuh sulit untuk mendingin secara alami. Mereka yang beresiko adalah orang tua (65 tahun keatas), anak-anak usia 4 tahun atau lebih muda, mereka yang obesitas,demam, dehidrasi, penderita penyakit jantung.

Gejala heatstroke dapat terlihat dari suhu tubuh tinggi, wajah memerah, panas, kulit kering (tidak berkeringat), nadi naik cepat,sakit kepala, pusing, mual, bingung, hingga hilangnya kesadaran. Untuk menolong mereka yang terkena heatstroke yakni dengan membawa pasien ke tempat teduh, kompres dengan air dingin, dan panggil layanan darurat.

2. Tsunami
Sejak tahun 1850, tsunami telah menewaskan lebih dari 420.000 orang. Tsunami Aceh, 26 Desember 2004 lalu adalah salah satu yang paling mematikan sepanjang sejarah yang menewaskan sekitar 230.000 jiwa. Dari peristiwa itu, kini banyak daerah pesisir yang rawan gempa dan tsunami memasang sistem peringatan tsunami serta cara menyelamatkan diri dari tsunami. Saat mendengar peringatan tsunami, keluarlah dari air dan segera tinggalkan pantai dan cari tempat yang lebih tinggi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Gangang Berbahaya

3. Gangang Berbahaya
Ganggang memiliki bentuk yang sangat kecil, sehingga tak terlihat oleh para pengunjung pantai. Meski kecil gangang jenis Red Tides adalah pembunuh masal biota laut, yang mampu merubah struktur eskosisten perairan yang berdampak meracuni dan juga menyebabkan kematian pada manusia, ikan, kerang, dan biota laut lainnya dan burung.

Red Tides adalah salah satu ganggang yang paling terkenal di hampir setiap musim panas di Gulf Coast Florida yang biasanya membunuh ikan dan membuat kerang tidak aman untuk di makan. Bahkan saat gangang ini mati dan membusuk mereka dapat menguras oksigen dari air laut, membuat hewan laut lemas dan terengah-engah.

Menurut Woods Hole Oceanographic Institution, pada tahun 1960 diberitakan 6 nelayan meninggal setelah mereka makan kerang kukus dari dekat Cape Cod, Massachusett dimana Red Tides hidup. Berenang di laut dimana terdapat Red Tides dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata terbakar. Jika mengalami gejala ini, segeralah keluar dari air dan bilas dengan air bersih.

4. Serangan Hiu
Serangan hiu kepada pengunjung pantai masih relatif jarang. Dari catatan the International Shark Attack pada tahun 2015 tercatat 98 serangan hiu, 6 orang diantaranya tewas. George Burgess, peneliti hiu dan kurator dari The Florida Museum of Natural History memberikan tip agak terhindar dari serangan yang jarang terjadi namun mematikan ini:
- Jangan berenang dimana terdapat ikan hiu
- Hindari menyelam di laut dalam, dimana terdapat palung antara gundukan pasir, karena disitulah biasanya Hiu tinggal.
- Jangan berenang sendirian
- Jangan berenang saat fajar atau senja, karena saat itulah hiu mendekati pantai untuk mencari makan.
- hindari berenang memakai perhiasan mengkilap, atau jam tangan di dalam air karena akan terlihat seperti sisik ikan

5. Rip Current
Yaitu arus balik yang terbentuk akibat arus datang tegak lurus garis pantai dan menemui garis pantai yang melengkung. Arus ini dapat menyeret seseorang yang sedang berenang ke tengah laut. Dikabarkan oleh United States, the U.S. Lifesaving Association (USLA) Rip Current telah menewaskan sedikitnya 100 orang setahun di pantai selancar.

Jika terjebak dalam arus rip, sebaiknya tidak melawannya secara langsung. Tapi berenang ke arah yang mengikuti garis pantai, dan berenang kembali ke pantai setelah keluar. Jika itu tidak berhasil, mengapung atau menginjak air sampai berhenti atau meminta bantuan.

3 dari 4 halaman

6. Ubur-Ubur

6. Ubur-Ubur
Ubur-ubur mungkin cantik, tapi hati-hati karena sengatan binatang cantik ini sangat menyakitkan bahkan beberapa kasus bisa menyebakan kematian. Dari sekitar 2.000 spesies ubur-ubur, sekitar 70 persen nya dapat menyebabkan bahaya serius, atau bahkan kematian. 

Tip agar terhindar dari bahaya ubur-ubur saat bersantai di pantai yakni dengan mencari tanda peringatan ubur-ubur dan saat berenang bersama ubur-ubur untuk tidak menyentuh jeli karena tentakel basah mereka bisa menyengat.

7. Terpapar sinar UV
Dibutuhkan sedikitnya 15 menit bagi sinar UV untuk merusak kulit Anda. CDC melaporkan, paparan sinar matahari dapat meningkatkan resiko kanker kulit. 1 dari 5 orang di Amerika mengalami hal ini.

Untuk menjaga supaya kulit terbebas dari sengatan matahari, cobalah mengenakan kemeja lengan panjang, rok atau celana panjang. Dan pastikan pakaian kering, karena pakaian basah tidak melindungi kita dari sinar uv. Atau jika Anda hanya memiliki baju renang, ingat untuk mengoleskan tabir surya yang banyak dan sering.

8. Air Laut Kotor
Air kotor akibat limbah yang tidak diolah dari kapal, tumpahan bahan berbahaya, maupun limbah binatang berakibat buruk bagi kesehatan. Hindari berlibur di pantai yang airnya kotor. Karena bakteri seperti E. coli dan bahan kimia berbahaya dalam air dapat menyebabkan penyakit gastrointestinal.

4 dari 4 halaman

9. Sampah Pantai

9. Sampah Pantai
Tumpukan sampah seperti sampah plastik, logam berkarat, pecahan kaca dan puing-puing lainnya yang tersisa termasuk alat tangkap nelayan yang terlantar dan kapal rusak, tak hanya merusak pemandangan pantai tapi juga merusak kesehatan. Seringkali puing-puing ini atau sampah berakhir di pantai, yang dapat merusak habitat, merugikan satwa liar dan membuatnya tidak aman untuk pengunjung pantai saat berjalan di sepanjang garis pantai dan berenang di air.

10. Lubang Pasir Runtuh
Sebuah laporan yang diterbitkan oleh New England Journal of Medicine, 2007 tercatat 52 kasus fatal dan nonfatal dari runtuhnya lubang pasir selama periode 10 tahun. Rata-rata usia para korban berkisar 3-21 tahun dan 45 tahun, 87 persen dari mereka adalah laki-laki. Sebagian besar kasus terjadi akibat terlalu dekat dengan garis pantai, mulai dari lubang sedalam 0,6 - 4.6 meter dengan diameter 0,6 - 3,7 meter.

Biasanya korban terkubur hidup-hidup dalam lubang pasir yang tiba-tiba runtuh, yang hampir tidak meninggalkan bukti reruntuhan.
Runtuh dipicu saat proses menggali, membuat terowongan atau terjatuh yang menyebabkan kematian 31 orang, 21 orang lainnya selamat karena segera mendapat pertolongan dan perawatan medis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini