Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Sexomnia, Ketika Seseorang Berhubungan Seks Saat Tidur

saat tertidur pulas, beberapa orang bisa bercinta atau dikenal dengan sexomnia.

Liputan6.com, Jakarta Banyak yang masih beranggapan, hubungan seks hanya bisa dilakukan ketika sadar. Nyatanya, saat tertidur pulas, beberapa orang bisa bercinta atau dikenal dengan sexomnia.

Seperti diberitakan India Times, Rabu (22/6/2016), kondisi ini mirip dengan tidur sambil berjalan. Bedanya, sexomnia membuat seseorang berperilaku seksual dalam tidurnya.

Tentu, mereka yang mengalami tidak sadar sama sekali keesokan paginya. Namun mereka bisa merugikan korban.

Seperti yang pernah terjadi di Swedia, seorang pria dituduh memperkosa seorang wanita. Kemudian pria tersebut ternyata memiliki sexomnia sehingga tidak dinyatakan bersalah.

Neurolog, Profesor Michel Cramer Bornemann, MD, dari University of Minnesota, mengatakan, penderita sexomnia cenderung akan melakukan masturbasi ketika tertidur.

"Insiden ini terjadi beberapa waktu sebelum pasangan ini memutuskan untuk mencari bantuan. Episode masturbasi ini biasanya terjadi ketika dia mulai takut bahwa dia tidak memuaskan suaminya, baik secara emosional atau seksual. Tapi kebenarannya tidak ada alasan khusus d ibalik perilaku seksual anehnya karena ini semata-mata gangguan tidur," kata Bornemann, melansir WebMD, Rabu (22/6/2016).

Lantas apa penyebabnya?

Menurut Bornemann, kondisi ini pada dasarnya terjadi karena parasomnia, pengalaman yang terjadi selama tidur. Ketika itu, otaknya kebingungan antara masih terjaga dan sudah tertidur.

"Dia mungkin seperti terjaga dan menyadari apa yang dia lakukan, tapi dia sebenarnya tertidur dan tidak memiliki kontrol atas tindakannya. Perbuatannya macam-macam, bisa hanya cumbuan hingga hubungan seksual. Dalam beberapa kasus ekstrim bahkan kekerasan seksual," ujarnya.

Walaupun dokter di seluruh dunia masih belum bisa memahami apa yang sebenarnya menyebabkan reaksi seperti itu, namun mereka tahu bahwa ada orang-orang yang menderita gangguan tidur lainnya seperti tidur berjalan atau tidur berbicara. 

Tetapi para ahli berasumsi, alkohol, narkoba, stres dan kurang tidur merupakan pemicu sexomnia.

Kasus langka yang berbahaya

Sexomnia memang bukan gangguan umum, tapi bisa dikatakan berbahaya bagi penderitanya. Yang lebih memprihatinkan adalah rasa malu atas kondisinya.

"Kadang seseorang tidak menyadarinya. Dalam banyak kasus juga, dia merasa malu mencari bantuan seorang profesional. Tapi ini sesuatu yang menempatkan seseorang dalam bahaya jika diabaikan," kata Bornemann

Bornemann menambahkan, sejak 1996, Dr Colin Shaprio dan Dr Nik Trajanovic dari University of Toronto, serta Dr Paul Fedoroff dari University of Ottawa di Kanada menulis sebuah makalah penelitian tentang sexomnia.

Sebelum hasil penelitian diterbitkan dalam Canadian Journal of Psychiatry pada Juni 2003, profesional di seluruh dunia menganggap sexomnia sebagai perilaku yang disengaja karena kondisi medis serius. Tetapi penelitian ikonik itu akhirnya dikaji ulang oleh para ahli seluruh dunia. Hasilnya, mereka menganggap sexomnia sebagai bagian dari gangguan tidur yang harus diobati. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini