Sukses

6 Hal yang Bikin Anda Yakin Bercerai

Ada beberapa kasus dimana perceraian benar-benar pilihan terbaik bagi semua

Liputan6.com, Jakarta Perceraian bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng. Berakhirnya sebuah perkawinan akan berdampak traumatis bagi yang terlibat. “Perceraian harus menjadi pilihan terakhir”kata Eris Huemer Winans, PsyD, LMFT, salah seorang pendiri Divorce Doctor, sebuah layanan yang membantu pasangan yang memilih bercerai.

Ada beberapa kasus dimana perceraian benar-benar pilihan terbaik bagi semua. 6 hal berikut mungkin waktu dimana perceraian adalah jawabanya

1. Pasangan adalah seorang pecandu
Memiliki pasangan yang kecanduan judi, seks, game, atau alkohol seringkali menyebabkan masalah kekerasan, keuangan, dan pelecehan emosional. Anak yang tumbuh dalam keluarga dengan masalah seperti ini memberi dampak pada rusaknya perkembangan emosional anak. Anak tumbuh kurang percaya diri, kurang kasih sayang akibat perilaku buruk orang tua mereka.

2. Mendapat pelecehan fisik dan verbal
“Perilaku kasar pasangan tidak akan berhenti, tapi terus berulang,”kata Huemer. Bahkan salah satu pasangan berada dalam bahaya fisik, pelecehan verbal pun bisa sangat berbahaya. Karena ini dapat berdampak serius pada harga diri dan mental serta kesejahteraan emosional.

Seperti kecanduan, keadaan ini pun beresiko bagi tumbuh kembang anak, sekalipun bukan diugikan secara fisik, tapi ini tak baik bagi anak.

“Ketika seorang anak yang telah menjadi korban kekerasan rumah tangga atau mereka melihat kekerasan terjadi pada mama atau papanya, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang rendah diri. Ini seperti racun untuk anak,”jelas Huemer.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

3. Salah satu pasangan tidak ingin memiliki anak

3. Salah satu pasangan tidak ingin memiliki anak
“Jika Anda ingin memiliki anak dan pasangan tidak, maka tidak satu pun dari Anda akan bahagia dalam pernikahan itu”kata Huemer Winans. Satu-satunya cara pernikahan dapat berlangsung adalah jika Anda berdua memiliki visi yang sama sebagai sebuah keluarga, lanjut Huemer.

4. Perselingkuhan tanpa penyesalan
“Perselingkuhan tidak otomatis membuat pernikahan harus berakhir,”kata Rachel A. Sussman, LCSW, seorang psikoterapis yang berbasis di Kota New York yang juga penulis buku The Breakup Bible: The Smart Woman's Guide to Healing from a Breakup or Divorce.

Yang penting adalah bagaimana pasangan yang ‘tersesat’ itu menyesali perbuatannya. Ketika mengevaluasi, Huemer menyarankan agar pasangan yang berselingkuh menyesali perbuatan, melepas pasangan selingkuhannya, dan bersedia memperbaiki pernikahan. Ketika hal ini tidak bisa dilakukan, maka mungkin perceraian adalah pilihan.

5. Hidup terpisah
Ini banyak dialami oleh pasangan yang menikah muda, usia 20an, ketika emosi masing-masing masih labil. Saat di tengah masa pernikahan mendapati perubahan dalam diri pasangan, entah karena pasangan menyukai orang lain. Lalu memutuskan untuk hidup terpisah selama bertahun-tahun tanpa menyelesaikan masalah.

6. Anda telah kehabisan pilihan
Jika Anda telah pergi ke konseling, mencari saran dari keluarga, teman, ustadz, pendeta, dan telah melakukan hampir semua yang bisa Anda lalukan demi menyelamatkan pernikahan. Meski begitu situasi masih buruk. Maka perceraian menjadi pilihan akhir, kata Sussman.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini