Sukses

Amankah Berolahraga Kala Menstruasi?

Saat menstruasi wanita cenderung akan memilih untuk berhenti sejenak dari aktivitas fisik yang rutin dilakukan.

Liputan6.com, Jakarta - Saat menstruasi wanita cenderung akan memilih untuk berhenti sejenak dari aktivitas fisik yang rutin dilakukan--lantaran tak mau merasakan sakit, kram, atau linu akibat haid. Namun berbeda dengan Kiran Gandhi, seorang wanita yang memecahkan rekor lari London Marathon 2015.

Di tengah menstruasinya tanpa menggunakan tampon, Gandhi berhasil berlari sejauh 26,2 mil, dilansir News Health, Minggu (5/6/2016). Dan tak ada darah pun yang menetes.

Gandhi mematahkan asumsi para wanita yang berpikir berolahraga saat menstruasi akan menimbulkan rasa sakit. Gandhi ingin meningkatkan kesadaran wanita bahwa melakukan aktivitas fisik saat menstruasi justru memberikan keuntungan bagi tubuh.

Sebuah ruang yang penuh dengan fasilitas olahraga juga tersedia. Karyawan yang gemar senam aerobik tak perlu jauh-jauh keluar kantor. (Liputan6.com/Panji Diksana)

Studi pun menunjukkan saat menstruasi wanita disarankan untuk bergerak untuk mengurangi rasa sakitnya. Ketika tubuh bergerak dan menghasilkan keringat, maka cairan yang keluar dapat meredakan rasa yang tak nyaman pada perut.

Selanjutnya, saat berolahraga tubuh melepaskan hormon endorfin yang mampu meningkatkan mood sehingga dapat mengalihkan pikiran rasa sakit atau rasa tidak nyaman akibat menstruasi.

Dapat dilihat bahwa olahraga dan menstruasi memiliki kolerasi yang tinggi untuk mendapatkan kebugaran--juga mengurangi gejala PMS yang hebat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.