Sukses

[Seri Rokok] Menguak Fakta dari Mitos Rokok

Meski sudah banyak pakar-pakar kesehatan berteriak mengatakan merokok membunuhmu, tidak membuat gentar perokok

Liputan6.com, Jakarta Meski sudah banyak pakar-pakar kesehatan berteriak mengatakan merokok membunuhmu, tidak membuat gentar perokok. Padahal rokok menyebabkan kematian sekitar 19,8 pria dewasa dan 8,1 wanita dewasa, berdasarkan data The Tobacco Atlas 2010. 

Bisa jadi adanya mitos-mitos tentang rokok membuat para perokok tenang-tenang saja. Berikut mitos dan fakta yang hingga kini masih dipercaya, seperti dikutip berbagai sumber:

Mitos 1: Merokok membuat pria terlihat "jantan"

Bila kita melihat iklan rokok, umumnya memperlihatkan pria-pria nampak macho, gagah, ataupun petualang sejati. Namun kenyataannya, hal itu berbeda dengan dampak yang diterima perokok.

"Sudah saatnya kita suarakan kebenaran. Kalau kita lihat iklan rokok kan bagus-bagus, tapi dibalik itu benar tidak sih. Nyatanya merokok akan merusak kesehatan," tutur Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, Lily Sulistyowati sesudah peluncuran iklan pengendalian merokok di Hotel JW Mariott Jakarta beberapa saat lalu.

Menurut dokter Feni Fitriani SpP dari Klinik Berhenti Merokok RSUP Persahabatan Jakarta, merokok justru meningkatkan risiko terjadinya disfungsi ereksi atau impotensi. Hal ini karena kandungan dalam rokok yakni nikotin memengaruhi pembuluh darah sehingga mengganggu ereksi.

Mitos 2: Merokok itu keren dan seksi

Menurut Feni, merokok sama sekali bukan wujud keren dan seksi. Sebaliknya, dia menuturkan, merokok bisa menyebabkan aneka masalah pada kesehatan termasuk kulit.

"Kalau cewek merokok, tangannya jadi lebih bau rokok kan, selain itu kulitnya jadi lebih kering, lalu gerakan menghisap rokok membuat munculnya kerutan-kerutan halus di area wajahnya," tutur Feni.

Mitos 3: Merokok hanya beberapa batang sehari tidak apa-apa

"Perokok sosial atau social smoker juga tetap memiliki risiko terkena dampak rokok," tutur dokter Feni. Perlu diingat, setiap rokok mengandung 4.000 zat kimia berbahaya dan racun sehingga sekali saja merokok, zat tersebut masuk ke dalam tubuh.

Mitos 4: Merokok bisa merangsang kreativitas

Dokter sekaligus selebriti Lula Kamal penasaran dengan ungkapan "merokok bisa memunculkan kreativitas". Ia pun berusaha mencari studi yang mendukung hal itu. Ternyata tidak ada studi yang mengatakan seperti itu.

"Saking penasarannya, saya sampai mencari studi-studi ilmiah dan tidak ketemu. Ternyata tidak terbukti merokok bisa membuat kreativitas lebih baik. Memang kandungan dalam rokok itu yang mengurangi stres. Tapi kan ada banyak cara lain yang sehat untuk mengurangi stres," tutur Lula.

Mitos 5: Dampak rokok berkurang bila rutin olahraga dan makan sehat

Tidak sedikit perokok yang mengatakan, dia rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat. Mereka menganggap, itu gaya hidup seimbang. Nyatanya, menurut penasihat ilmiah senior CDC Office on Smoking and Health, Ann Malarcher, konsumsi makanan sehat dan berolahraga tidak mengurangi dampak buruk akibat merokok.

Mitos 6: Rokok mild lebih tidak berbahaya

Menurut Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Prof. Hasbullah Thabrany, produksi rokok kretek tidak bertambah, tapi rokok mild yang terus bertambah.

Sebagian orang awam mengatakan rokok mild dianggap lebih 'aman' dibandingkan rokok jenis lainnya. Benarkah? Pusat studi tembakau dari University of Wisconsin Amerika Serikat, menyatakan, rokok mild memiliki komponen yang sama berbahaya dengan jenis rokok lainnya. Meskipun ada embel-embel rokok itu 'organik' atau 'natural' tetap saja berbahaya.

Mitos 7: Berhenti merokok, berat badan naik

Rata-rata orang yang berhenti merokok berat badannya naik antara tiga sampai lima kilogram dalam beberapa bulan pertama, menurut data National Institutes of Health. Sementara itu, data lain mengungkap, setelah berhenti merokok ada yang mengalami kenaikan berat badan.

"Dalam program berhenti merokok, hanya kurang dari empat persen peserta yang melaporkan berat badannya naik," tutur Direktur Pusat Pengendalian Tembakau di New York, Amerika Serikat, Pat Folan, mengutip laman Health.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini