Sukses

Cara Hadapi Anak Tantrum

Anak tantrum terlalu sering bisa disebabkan oleh pola asuh orangtua yang biasanya terlalu permisif.

Liputan6.com, Jakarta Pakar tumbuh kembang anak dr Fitri Hartanto, Sp.A(K) mengingatkan kalangan orang tua untuk menghindari pola asuh yang terlalu permisif terhadap anak.

"Pola asuh yang terlalu permisif menjadi 'senjata' anak untuk memenuhi keinginannya. Ini bisa berdampak pada gangguan perilaku anak sampai dewasa," katanya di Semarang, Sabtu.

Hal itu diungkapkannya di sela "parenting class" bertajuk "Bagaimana Memanfaatkan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Supaya Optimal" yang diprakarsai Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kusuma Pradja Semarang.

"Parenting class" merupakan agenda bulanan RSIA Kusuma Pradja Semarang yang dikemas dengan berbagai tema untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan mengundang pakar di bidangnya.

Fitri mengatakan pola asuh yang terlalu permisif bisa mengakibatkan anak-anak akan mengekspresikan emosinya secara berlebihan ketika keinginannya tidak terpenuhi atau tantrum.

"Tantrum pada anak-anak bisa terjadi dengan menangis 'guling-guling' di tanah, menggigit tangan orang tuanya, dan sebagainya. Bergantung tantrum kategori ringan atau berat," katanya.

Saat dewasa, kata dia, tantrum juga bisa terjadi dengan bentuk yang berbeda, seperti anak tidak mau bersekolah atau mengurung diri di kamar saat keinginannya tidak dituruti.

Ia menyontohkan pernah menemui kasus anak yang kebiasaannya bermain "game" tiba-tiba dilarang orang tuanya, kemudian mengekspresikannya dengan bersikeras tidak mau berangkat sekolah.

Sebenarnya, kata dia, bentuk gangguan perilaku tantrum bisa dibedakan dua, yakni anak dengan tipe "introvert" akan cenderung mengurungi diri hingga depresif jika keinginanya tidak dipenuhi.

"Kalau anak dengan tipe ekspresif, cenderung melakukan sesuatu yang melanggar aturan, seperti tidak mau sekolah tadi. Makanya, jangan terlalu permisif atau memanjakan anak," katanya.

Pola asuh yang tepat untuk anak adalah demokratis, bukan permisif, lanjut dia, dengan tidak memaksakan sesuatu kepada anak-anak, tetapi tidak pula menuruti semua keinginan anak.

"Tantrum ini bisa dicegah. Ajari anak-anak yang benar dan jangan selalu mengikuti kemauan anak. Sebagai contoh, saat kecil, anak-anak lebih suka minum air putih ketimbang susu," katanya.

Tidak salah anak-anak selalu minta air putih karena barangnya ada, kata dia, tetapi orang tua harus mendampingi dan mengarahkan dengan mengadaptasi anak-anak agar gemar minum susu.

"Namun, anak-anak tidak boleh dipaksa. Adaptasikan dulu mulai di lingkungannya bagaimana? Apakah orang tua sudah memberikan contoh? Sebab, lingkungan sangat berpengaruh," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.