Jangan Hanya Pikirkan Hukuman Kebiri, Beri Solusi Masalah di Akar

Liputan6.com, Jakarta Kasus perkosaan YY di Bengkulu hanyalah satu dari banyaknya kasus kejahatan seksual anak di Indonesia. Banyaknya kasus kekerasan seksual pada anak seharusnya membuat para pemerintah sadar bahwa ada yang tidak beres dalam sistem kehidupan di negara ini.

Menurut psikolog klinis Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indrianie kehadiran hukuman tambahan berupa kebiri pada pelaku kejahatan seksual ingin memberikan efek jera. Namun ingat juga, masalah akarnya perlu diatasi. 

"Kejadian-kejadian seperti ini (kejahatan seksual pada anak) kan memang bukan kebetulan. Ada yang salah dalam sistem kita. Ini seharusnya jadi proses pembelajaran kita," tutur Efnie Indrianie saat dihubungi Health-Liputan6.com pada Kamis (12/5/2016).

Jika pun mengebiri, bukan berarti masalah selesai. Efnie mengibaratkan kebiri itu seperti saat ada nyamuk lalu disemprot. Tapi tumpukan sampah di belakang dibiarkan saja. Seharusnya akar masalah yang dibelakang perlu diatasi.

Untuk menekan angka kejahatan seksual jangka panjang, Efnie menyarankan ada program yang perlu digalakkan tentang re-education pada anak dan re-education pada orangtua. Re-education pada anak mulai dari pendidikan seks, moral, hingga pergaulan. Orangtua pun perlu mendapatkan pendidikan terkait hal tersebut karena orangtua adalah guru kehidupan anak.

Efnie meyakini jika melakukan program ini, ada banyak tenaga relawaan, aktivis, maupun orang-orang memiliki ketertarikan pada tumbuh kembang anak turut serta.

"Saya yakin hal itu lebih efektif, dalam membentuk moral anak yang baik bagi tumbuh kembangnya," kata Efnie.

Ketika anak tumbuh kembang dengan baik, akan menjadi sosok yang diharapkan bukan menjadi pelaku kejahatan seksual.