Sukses

Ini Dia Motivasi Generasi Milenial Belanja

Berdasarkan hasil penelitian dalam bentuk obrolan di Twitter yang dilakukan Provetic, kalangan milenial memiliki perilaku konsumtif.

Liputan6.com, Jakarta Individu yang lahir antara tahun 1990 sampai awal 2000 atau biasa disebut generasi milenial bakal menjadi yang terbesar dari populasi di Indonesia pada 2020. Saat ini saja pengguna media sosial didominasi oleh generasi milenial ini, sehingga tidak heran bila mereka merupakan target market empuk yang sangat potensial.

Dari sudut pandang ekonomi, berdasarkan hasil penelitian dalam bentuk obrolan di Twitter yang dilakukan Provetic, kalangan milenial memiliki perilaku konsumtif. Jika di kalangan sebelum mereka tujuan menabung untuk jangka panjang seperti membeli mobil atau berangkat haji, kini justru tujuan itu sedikit bergeser ke arah yang bersifat jangka pendek: belanja, membeli tiket konser, atau traveling.

Dosen Fakultas Psikologi UI, Ivan Sudjana M.Psi., menjelaskan, budaya belanja antara golongan milenial dan sebelum mereka bisa terjadi karena begitu banyak kemudahan berbelanja yang bisa mereka dapat. Dulu, untuk membeli motor saja rada sulit akibat peraturan kredit yang bisa dikatakan menyulitkan, sekarang sistem kredit saja sudah dipermudah.

"DP berapa, sudah bisa bawa pulang motor. Atau online shop, yang membuat mereka belanja tak perlu ke mana-mana. Dengan kemudahan seperti ini yang menjadikan mereka semakin konsumtif dan semakin gila belanjanya," kata Ivan di diskusi bersama Forum NGOBRAS "Survival Guide Generasi Milenial Menuju Tahun 2020" di Kawasan Senayan pada Rabu (13/4/2016) sore.

Sementara Founder Brightspot Market dan The Goods Dept, Anton Wirjono, mengatakan, perilaku konsumtif di kalangan generasi milenial terus meningkat gara-gara semakin banyak jumlah "wadah" bagi mereka untuk mengekspresikan apa yang telah mereka capai. Semakin banyak mereka piknik, barang yang dibeli, atau apa saja yang bisa mereka lakukan, semakin banyak pula konten yang bisa mereka bagikan di Twitter, Path, atau Facebook.

"Bahkan, mereka bisa membuat sesuatu di luar budget yang penting mereka punya. Itu bisa mereka pamerkan di media sosial, kalau gaji kan nggak bisa," kata Anton.

"Tempo hari Adidas mengeluarkan sepatu Kanye West, di Indonesia hanya ada 35 biji. Mereka bisa membeli sepatu itu dengan harga Rp 3,5 juta tapi bisa mereka jual lagi di Instagram dengan harga yang lebih tinggi. Karena selain konsumtif, mereka ini juga punya knowledge," tutup Anton.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini