Sukses

Cara Individu Seperti Sonya Depari Memaafkan Diri Sendiri

Andai kita adalah Sonya Depari, adakah cara khusus yang harus dilakukan agar kita bisa memaafkan diri sendiri?

Liputan6.com, Jakarta Sekali pun Sonya Depari tidak mengaku memiliki bapak (yang dalam bahasa Karo memiliki arti paman atau om) seorang jenderal polisi Arman Depari, tetap saja tindakan membentak polisi wanita yang dilakukan Sonya saat ditilang sepulang mengikuti ujian akhir nasional (UAN) adalah salah.

Video yang memperlihatkan aksi pemilik nama Sonya Ekarina Sembiring sudah menjadi viral. Banyak orang membagikan video itu ke akun sosial media masing-masing. Masyarakat marah. Amarah itu muncul karena tak pantas seorang bocah bau kencur memarahi dan memaki orang yang lebih tua. Belum lagi kala mereka mendengar Sonya menyebut Arman Depari sebagai bapak, yang orang mungkin tidak tahu arti dari “bapak” tidak selalu ayah kandung.

“Sudah jatuh tertimpa tangga pula” pepatah itu cocok menggambarkan kondisi Sonya Depari saat ini. Tak lama setelah menerima hujatan yang datang bertubi-tubi, ia pun harus menerima kenyataan sang ayah dipanggil Yang Maha Kuasa karena stroke. Ada yang bilang, mendiang meninggal dunia akibat tidak kuat menahan malu lantaran ulah Sonya. Namun, yang namanya ajal, selalu datang tiba-tiba tanpa ada yang mengetahui.

Andai kita adalah Sonya Depari, adakah cara khusus yang harus dilakukan agar kita bisa memaafkan diri sendiri dan terlepas dari belenggu rasa penyesalan berkepanjangan?

 

Psikolog Dra Vierra Adella dari Universitas Atmajaya, mengatakan, pada dasarnya manusia memiliki tiga level mental. Mental yang tidak pernah menyadari akan perbuatan sendiri, mental sadar, dan yang terakhir mental insaf.

Menurut Vieraa, individu yang masih berada di level tidak sadar, ia akan melakukan apa saja tanpa memperdulikan sekitar. Yang tidak mungkin bisa jadi mungkin, yang dilarang tetap dilanggar, termasuk yang tergolong sadis pun, selama dia berada di level tidak sadar, akan tetap dilakukan. Mau itu orangtua, teman, atau pacar, semua akan menjadi “korban”.

“Pada level sadar, akan muncul rasa penyesalan. Tapi setelah merasa menyesal, tetap harus memilih, apakah mau balik ke level satu atau naik ke level insaf? Yang disebut level insaf adalah benar-benar sudah berjanji tidak balik lagi ke level satu,” kata Vierra kepada Health Liputan6.com di Forum NGOBRAS ditulis Sabtu (9/4/2016)

Ada dua cara yang dapat dilakukan individu memiliki perilaku seperti Sonya Depari agar sampai ke titik insaf. Pertama, menghukum diri sendiri terlebih dahulu sebelum mendapat hukuman dari luar. Baik itu berupa cacian, makian, atau apa pun bentuk hukuman yang bakal diterima. “Orang yang sadar bahwa dia salah harus bisa membuat satu janji dengan diri sendiri supaya tidak lagi mengingat perilaku yang dulu. Nah, sekarang, ada tidak poin pertama di orang tersebut?,” ujar Vierra.

Ketika ia tidak pernah menyadari kesalahan itu, lanjut Vierra, sama saja dengan tidak mempunyai daya hukum terhadap diri sendiri. Menurut Vierra, individu yang matang dan dewasa pasti memiliki daya hukum.

“Makanya, kenapa ada orang yang nggak kapok lalu balik lagi (melakukan hal yang sama), karena dia merasa hukuman ituharus dari luar ke dia, bukan dari diri sendiri,” kata Vierra.

“Orang dewasa tidak seperti itu. Orang yang sehat mental, begitu tahu dia salah, dia duluan yang menghukum diri sendiri dan tidak mempedulikan hukuman dari luar,” kata Vierra menambahkan.

Berikutnya, agar individu seperti Sonya Depari tidak depresi setelah menyelesaikan poin pertama, dengan lapang dada mengakui kesalahan sendiri, beri hadiah dengan tidak memikirkan hal yang sudah-sudah. Tidak lagi tergoda melakukan tindakan yang justru merugikannya.

“Sebagus-bagusnya orang adalah dia yang memperingatkan diri sendiri bahwa dia salah dan mencari sendiri hadiah buat dia sendiri ketika dia bisa menghindar. Tidak perlu dihukum, konsepnya,” kata Vierra.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.